Rabu, 09 November 2011

Cerita dari Dalam Lift

"Kantorku di lantai 31, apartemen lantai 29. Praktis harus selalu menggunakan lift."
Saat ini lift sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku. Dari kantor di lantai 31 menuju apartemen lantai 29. Wuih sebagian hidupku sekarang berada di ketinggian. Belum lagi rumah Ujung Berung ada di atas gunung. Tapi ini di lantai tinggi, bukan di gunung.

Pengalaman naik lift tinggi pertama yakni saat wawancara di vivanews.com. Waktu itu aku menyangka lantai 3, ternyata lantai 31. Wow pertama kali seumur hidup di lantai setinggi itu (lebay.com). Di kantor itu ternyata agak ribet juga. Jadi perlu memakai akses kalau mau ke atas. Akses itu baru aku dapat 3 bulan setelah kerja, jadi kalau tak ada akses perlu memanggil orang dari atas.

Pengalaman naik lift di kantor, kalau pagi-pagi banyak banget yang naik lift. Padahal di kantor tuh lift dibagi dua bagian. Satu bagian ada 8 lift, tapi tetap penuh. Jadi lama deh, satu-satu sampai lantai 31. Hehe.
Tapi kalo piket malam sekitar jam 10 malam, lancar jaya. Langsung ga kerasa tiba-tiba ada di lantai 31 aja.
Nah kalo di apartemen beda lagi. Akses hanya perlu untuk masuk, di lift dan kamar tak perlu pakai akses. Pengalaman naik lift di apartemen, seru juga.

Di apartemen, lift ada 3. Dua buat orang, satu buat servis termasuk sampah. Pernah lihat ada orang bule masuk lift servis, ternyata dia bareng yang bawa sampah. Dia sambil tutup hidung gitu langsung keluar, kocak abis. Trus pernah juga ada orang negro trus ada bayi. Bayinya ketakutan liat orang negro. Hihi..

Nah yang tegang tuh kalo cuma berdua di lift. Apalagi kan banyak bule gitu di apartemen. Di mana-mana bule. Pernah dong berdua sama cewek seksi gitu. Tegang banget kan.

Pernah juga pas mau masuk lift sekitar jam 3 pagi, waktu itu ngejar mcdonald delivery. Ternyata di dalem lift ada bencong. Serem bener. Ya udah ga jadi naiknya, ogah berduaan ama bencong. Hehe..

Ya begitulah sekilas pengalaman aku di lift. Seru-seru dan kocak juga. Hikmahnya di lantai atas, jendela ga perlu dikunci, soalnya ga mungkin ada maling manjat lantai setinggi itu. Yah kecuali kalo malingnya spiderman atau superman.

Minggu, 06 November 2011

Belajar Ikhlas di Idul Adha

“Semua yang kita miliki di dunia ini milik Alloh. Kita harus sabar dan ikhlas jika sewaktu-waktu Alloh mengambilnya.”

Itulah secuplik ceramah Idul Adha yang aku dengar hari ini di Masjid Al-Bakrie Epicentrum, Minggu 6 November 2011. “Ikhlas”, suatu kata yang rasanya mudah diucapkan namun rasanya sulit untuk direalisasikan. Rasanya minggu-minggu ini aku benar-benar belajar mengenai kata ikhlas itu.

Minggu-minggu ini memang rasanya seperti shock therapy bagiku. Aku begitu mudah kehilangan. Mungkin aku memang kurang berkonsentrasi atau memang ceroboh. Hmm.. entahlah..

Kehilangan pertamaku, sebuah alat cukur. Waktu itu aku membawa alat cukur ke minimarket dekat apartemen. Aku ingin membeli isinya. Petugas minimarket itu ternyata tak tahu mana isi yang cocok. Aku keluar sebentar untuk ke laundry, dan menyimpan alat cukur di saku. Sampai apartemen, kurogoh sakuku, alat cukur itu sudah tak ada.

Kehilangan kedua, di kantorku Menara Standard Chartered Lantai 31. Saat itu aku shalat ashar. Aku biasa mengalungkan akses kantor dan kunci apartemen di leher. Saat shalat karena agak ‘kagok’ kulepas kalung akses dan kunci itu. Namun ternyata aku lupa kembali membawanya setelah shalat.

Aku baru tersadar akses dan kunci itu hilang saat hendak ke bawah, karena memang harus menggunakan akses. Kurogoh saku, tak ada. Benar-benar kaget saat itu. Bagaimana aku bisa masuk apartemen, sedangkan bapakku sedang ke Bandung. Apalagi untuk mendapatkan akses kantor begitu sulit dan lama. Untuk ke atas jelas sulit kalau tak ada akses. Benar-benar keringat dingin saat itu, apalagi saat dicek ke mushola sudah tak ada.

Tapi alhamdulillah, saat itu ternyata akses dan kunci sudah diamankan satpam. Yah, aku masih bisa bernapas lega saat itu.

Kehilangan ketiga ini benar-benar mengejutkanku. Saat itu aku liputan timnas U-23 di Stadion Soemantri Brodjonegoro. Ternyata aku lupa mengunci tasku. Saat aku dekat apartemen, aku tersadar, dompetku tertinggal. Dan di dalam dompet itu ada modem, akses apartemen, dan KTP.

Aku segera kembali ke stadion. Di situ aku bertemu 3 orang yang mengaku bertemu dengan orang yang menemukan dompetku. Aku sedikit tenang setidaknya ada orang yang sudah menemukan. Aku mencatat nomer orang tersebut. Katanya orang yang menemukan dompet itu akan datang lagi jumat.

Jumat, 4 November 2011, suatu firasat ada di kepalaku saat itu. Kenapa yah sepertinya akhir-akhir ini aku begitu “sial”. Apa ada yang salah denganku? Dan hari itu aku terpaksa tak shalat Jumat, karena harus segera ke bandara liputan obor SEA Games. Dengan alasan musafir, rasanya bisa disatukan dengan shalat ashar nanti.

Sepulang dari bandara, aku langsung shalat ashar di masjid Al Bina senayan, sekalian dijamak dengan shalat dzuhur. Belum hilang rasa keterkejutanku atas hilangnya beberapa barangku, ada lagi kejadian di Kopaja P19.

Dari Senayan, Kopaja lumayan penuh. Aku tak kebagian tempat duduk dan terpaksa berdiri. Hp yang sudah lowbet aku pegang sebentar, kumatikan dan disimpan di saku.

Entah mengapa, di daerah Benhil tiba-tiba saja penumpang jadi sepi. Padahal sepanjang pengalamanku, kebanyakan penumpang turun di daerah Karet. Dan belum rasa heran itu hilang, dari belakang ada seorang bapak-bapak menarik kakiku dan memakai korek hendak menyalakan korek itu. Jelas aku panik, dia seperti hendak membakar celanaku. Saat itu ada seseorang yang bilang, “duduk depan kosong tuh”

Saat itu yang kupikirkan hanya keselamatanku sebab seram juga tiba-tiba ada yang mau membakar kakiku begitu. Wajahnya juga seram. Saat duduk kurogoh saku, hp blackberry sudah tak ada. Aku langsung teriak saat itu, “Ke mana hp ku ke mana” (eh kok kayak ayu ting ting). Lalu ada orang yang bilang, “itu orangnya baru turun”.. Hmm.. setelah kupikir rasanya ini komplotan, entah berapa orang, bisa 3-5 orang.

Wuaaaahhh.,,, benar-benar stress. BB tu baru aku dapat bulan September akhir, dan sekarang November awal. Baru dua bulan kurang lebih. Di dalamnya pun ada banyak data nomer telepon.. Huaaaa...

Benar-benar shock rasanya. Kejadian ini berturut-turut dan hampir bersamaan. Mungkin aku memang harus lebih berhati-hati..

Tapi di balik musibah pasti selalu ada hikmah. Dan aku harus selalu yakin Dia akan selalu memberi yang terbaik bagi Hamba-Nya.

Entri yang Diunggulkan

Pengalaman Cek Fisik Bantuan di Samsat Karawang Buat Perpanjang STNK

Halo guys, kali ini gw mau berbagi pengalaman mengenai cek fisik bantuan di Samsat Karawang. Jadi gini, sekarang gw tinggal di Jakarta. Tapi...