Sabtu, 31 Maret 2012

Mencari The Next Special One

Musim 2009-10 bisa dibilang sebagai puncak kesuksesan Inter Milan. Saat itu La Beneamata yang dilatih Jose Mourinho sanggup mendapatkan tiga gelar sekaligus, Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions.

Prestasi yang fenomenal. Ini membuat Inter membuat 2 hal yang tak bisa dilakukan klub lainnya di Italia. Yang pertama adalah tak pernah terdegradasi Serie B. Dan yang kedua adalah satu-satunya klub Italia yang pernah merebut treble winners. Prestasi Liga Champions pun sungguh luar biasa, mengingat klub yang bermarkas di Giuseppe Meazza ini terakhir kali merebutnya pada 1964-65.

Torehan di Serie A pun sungguh fenomenal. Mereka sanggup menjadi juara dalam 5 musim beruntun sejak 2005-2010. Prestasi yang hanya bisa dilakukan Torino musim 1943-1949 (musim 1944-45 tak ada liga karena Perang Dunia). Inter juga sukses merebut Scudetto ke-18, atau lebih banyak satu dibandingkan rival sekota, AC Milan.

Jika ada yang berbicara prestasi itu karena Calciopoli, saya rasa itu alasan tak berdasar. Ingat, trofi pertama yang direbut Inter generasi emas ini adalah Coppa Italia 2004-05 tanpa ‘bantuan’ Calciopoli. Gelar ini menghapus dahaga gelar pasca merebut Piala UEFA 1997-98. Tahun 2005 Inter bahkan sukses merebut gelar Piala Super Italia dengan mengalahkan Juventus di Delle Alpi dengan skor 1-0. Kalau memang Inter juara karena Calciopoli tentunya Liga Champions tak bisa direbut bukan?

Tinggal kenangan
Musim 2009-10 dan kini musim 2011-12. Prestasi Inter benar-benar berbanding terbalik. Musim ini belum berakhir, Inter sudah harus mengakhiri musim tanpa gelar. Memang, Inter U-19 sanggup menjuarai turnamen NextGen Series. Namun yang dibicarakan di sini adalah Inter Senior bukan Inter Primavera.

Inilah untuk kali pertama sejak musim 2004-05 Inter harus mengakhiri musim tanpa gelar. Sebelumnya, Inter selalu merengkuh minimal 1 gelar sejak 2004-05, prestasi yang bahkan tak bisa dilakukan oleh Barcelona sekalipun.

Sekarang, pertanyaannya apa yang salah dengan Inter? Kalau yang saya lihat, Inter kehilangan sosok seorang Jose Mourinho. Bambang Pamungkas dalam blognya saja sempat menulis ‘Arogansi Berbuah Karakter’, mengenai karakter yang sukses dibangun The Special One untuk Inter Milan.

Tanpa ditukangi Mourinho, Inter kembali seperti Inter yang dulu. Tanpa mental juara dan dengan mudahnya ditaklukkan banyak lawan.Terbukti klub sekelas Novara pun sanggup mempermalukan Inter dua kali, kandang dan tandang!

Dalam dua musim saja pasca ditinggal Mourinho, Inter telah menggunakan jasa tiga pelatih. Rafael Benitez, Leonardo, Gian Piero Gasperini, Claudio Ranieri, dan kini Andrea Stramaccioni. Presiden Inter, Massimo Moratti kembali pada kebiasaan lamanya, menggonta-ganti pelatih.

Sebagai Interisti, tentunya saya berharap Inter kembali menemukan the Next Special One. Dan berharap Andrea Stramaccioni sanggup menyelesaikan sisa musim ini dengan baik. Semoga saja!

6 tahun selalu minimal 1 gelar (2005-2011)
2005 Coppa Italia, Piala Super Italia
2006 Scudetto, Coppa Italia, Piala Super Italia
2007 Scudetto
2008 Scudetto, Piala Super Italia
2009 Scudetto
2010 Scudetto, Liga Champions, Coppa Italia, Piala Super Italia, Piala Dunia Antarklub
2011 Coppa Italia

4 komentar:

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Tahun 2024 Tahunnya Inter Milan dan Persib Bandung

Tahun 2024 ini menjadi tahun yang gemilang untuk dua klub favorit saya, Inter Milan dan Persib Bandung. Betapa tidak, kedua klub yang identi...