Senin, 23 Desember 2013

Antara Aku, Bambang Pamungkas, dan Inter Milan

            Siapa yang tak kenal Bambang Pamungkas. Dialah kapten timnas Indonesia saat ini (s.d tahun 2012 - ed). Pria kelahiran Getas ini juga memegang jumlah gol dan penampilan terbanyak untuk Timnas. Dedikasinya untuk Tim Garuda sudah tak terhitung banyaknya.

            Demi Tim Nasional, Bepe – sapaan akrab Bambang – sampai mengabaikan konflik yang terjadi di pesepakbolaan nasional, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI). Baginya, timnas hanya satu, Indonesia, bukan PSSI atau KPSI. Padahal KPSI dan klubnya Persija, melarang dia untuk membela Timnas versi PSSI. Namun bagi Bepe, kepentingan nasional di atas segalanya.

            Namun tentu saja tak semua orang mengidolakan Bepe. Ada juga yang tidak menyukainya. Salah satunya mungkin fans Persib Bandung, Bobotoh. Yah, bukan rahasia lagi kalau hubungan antara pendukung Persib dan Persija ini tak terlalu harmonis. Maka bisa jadi sebagai bobotoh banyak yang kurang menyukai Bepe.

“Bepe lagi, Bepe lagi. Apa tidak ada pemain lain apa yang lebih bagus?” Yah mungkin itu salah satu nada sumbang mengenai Bepe.

            Semula aku juga sempat berpikir begitu. Namun begitu aku berselancar ke blognya, www.bambangpamungkas20.com semua pikiran jelek tentangnya berubah. Ya, ternyata selain piawai di lapangan hijau, Bepe pun pandai menulis. Aku merasa jarang-jarang ada yang bisa seperti ini.

            Dan kekagumanku pada Bepe bertambah ketika aku tahu dia adalah seorang Interisti, atau fans Inter Milan, sama sepertiku. Wow, ikon tim nasional adalah seorang Interisti. Luar biasa sekali. Bahkan Bepe juga terlihat sangat senang mendukung Nerazzurri lewat kicauannya di Twitter, @bepe20.

            Suatu waktu, aku diajak oleh rekan Interisti, Krome untuk membuat Majalah Inter. Majalah Interina namanya. Jadi majalah ini membahas mengenai Inter dan diterbitkan via online. Krome yang mengenalku via blog pun mengajakku berpartisipasi. Tentu saja aku tertarik. Apalagi ini ada hubungannya dengan keahlianku menulis. Apalagi menulis tentang klub idolaku, Inter Milan.

            Entah ide darimana, aku pun mengajak Bepe untuk menulis di majalah Interina. Aku mengajak dia lewat Twitter. Saat itu, tahun 2010, follower Bepe baru sekitar 80ribu. Belum 3 juta follower seperti sekarang. Aku pun saat itu sedang magang di Tabloid Soccer. Namun Bepe tentunya tak tahu aku sebagai wartawan atau apa. Yah baru kali itu mention.

18 Februari 2010 di Twitter
@luzman_karami: mas @bepe20 kalo mau nyumbang tulisan ttg inter bwt majalah interina tinggal hubungi aja @kromesikram
Ternyata Bepe membalas mention-ku. Wow mantap sekali:
@bepe20: Link nya dong mas.. RT @luzman_karami: mas @bepe20 kalo mau nyumbang tulisan ttg inter bwt majalah interina tinggal hubungi aja @kromesikram
Biasanya nulis apaan mas.. RT @kromesikram: @bepe20 sy dpt kbr mas bepe mau ikutan nulis di interina dari @luzman_karami.. Wow Awesome!

Yah seperti itulah kira-kira awal perkenalanku dengan seorang Bambang Pamungkas. Bukan karena Persib, Timnas Indonesia, atau Persija. Tapi karena Internazionale FC. Inter telah menyatukan kita. Bukan klub dalam negeri, tapi klub ini begitu spesial bagi sosok yang bisa dikatakan sebagai legenda Indonesia. Aku dan dia seorang Interisti.

            Bepe pun menepati janjinya. Dia ikut menulis di majalah Interina. Memang tidak dikirimkan langsung, namun di menulis di blognya. Namun karena memang setelah aku dan dia ngobrol di Twitter, aku rasa itulah tulisan dia yang akan dia kirimkan untuk majalah Interina. Tulisan Bepe pun nongol di Interina edisi 5, judulnya: Interista Sejati Sejak 1990.

            Dari tulisan itu, aku menarik kesimpulan awal mula Bepe menyukai Inter karena warna seragam ini yakni biru hitam. Pada akhirnya dia pun memutuskan untuk menjadi suporter sejati klub ini.
“Ketika Inter terseok-seok dan hanya menjadi klub medioker yang susah menjadi juara, saya sama sekali tidak khawatir. Ketika bintang-bintang top silih berganti pergi meninggalkan Inter, saya juga kurang begitu menghiraukannya ....” 
“Saya akan selalu mendukung Inter Milan, dengan siapapun pemainnya dan siapapun pelatihnya, serta apapun prestasinya.” 
“Saya memang Interista sejati, dan saya akan sedih jika Inter Milan kalah dalam suatu pertandingan. Akan tetapi jauh di dalam lubuk hati saya, saya akan merasa lebih sedih jika Persija Jakarta yang kalah tanding, dan akan jauh lebih sedih lagi jika Tim Nasional Indonesia yang kalah dalam pertempuran.”

            Untaian kata yang sungguh bijak dari seorang Bambang Pamungkas. Walau bagaimanapun Inter adalah tim luar. Kita tinggal di Indonesia, tetap harus mencintai sepakbola nasional dan tetap mendukung negara kita sendiri.

            Sama halnya dengan Bepe, aku akan terus mendukung Inter , apa pun yang terjadi pada klub ini. Sebab lewat Inter, aku mendapat banyak teman-teman luar biasa, baik dari fans klub Inter Club Indonesia (ICI), maupun Bandung Nerazzurra (BN). Menang atau kalah Inter tentunya tak akan mempengaruhi kehidupan kita. Yang pastinya, aku mendapat banyak teman dan juga saudara baru.

            Dan satu hal yang pasti, berkat sebuah tim yang bernama Inter, aku bisa begitu dekat dengan sosok legenda yang bernama Bambang Pamungkas.

            Saat sering mention seperti itu, aku mengecek follower-ku. Wow Bepe memfollow balik aku. Wah betapa senangnya, difollow seorang Bepe. Dia bahkan sering membalas mention-ku yang masuk. Saat dia ultah, aku memberi ucapan selamat padanya. Dan dia membalas dengan mengirimkan gambar kue ulang tahun Inter. Mantap.

            Bahkan aku ingat, sempat menulis di Twitter. “Sekarang tidur dulu ah, siap-siap nanti malam nonton Inter.” Dan Bepe membalas, “Main jam berapa mas?” Terang saja setiap dibalas seperti itu, mention di Twitter ku langsung banjir. Karena Bepe memang memiliki jutaan follower.

Pertemuan Pertama
Ibarat cinta yang dipertemukan lewat dunia maya, tentunya ada yang namanya pertemuan pertama begitu halnya dengan aku dan Bambang Pamungkas. Tapi jangan sangka kita homo ya. Bepe sudah punya istri dan anak kok, jadinya tidak mungkin aku homo dengan dia. Hehe

            Sebagai suporter, tentunya tak asing menyaksikan Bepe di layar kaca maupun di lapangan hijau. Tapi mungkin untuk bertemu langsung atau bertatap muka tak semua orang bisa merasakannya. Dan aku adalah salah satu yang beruntung itu. Apalagi kalau bukan dengan mengandalkan profesiku sebagai seorang wartawan.

            Bepe sendiri dikenal sebagai sosok yang jarang berbicara kepada media. Entah mengapa setiap ada wartawan yang hendak bertanya kepadanya, dia lebih sering menghindar. Bepe lebih sering update melalui Twitter ataupun blog pribadinya.

            Kesempatan pertama bertemu dengan Bepe terjadi saat tahun 2011, saat aku meliput Timnas menjelang persiapan melawan Turkmenistan. Saat itu, Timnas secara mengejutkan menunjuk pelatih baru, Wim Rijsbergen. Padahal, Alfred Riedl tergolong berhasil mengangkat performa Timnas.

            Konpers di hotel saat itu dibuka oleh Rijsbergen dan juga Rahmad Darmawan sebagai asisten. Juga ada Irfan Bachdim yang ikut berbicara. Setelah konpers itu aku melihat sosok Bepe sedang makan di hotel tempat konpers itu.
            Bepe makan bersama Firman Utina dan rekan-rekan Timnas. Aku hendak menyapanya, tapi entah mengapa timbul rasa segan. Apalagi ada wartawan salah satu televisi swasta justru mendekati mereka. Aku takut mengganggu makan siang mereka. Ya sudah, alhasil saat itu aku hanya foto bersama Rijsbergen dan Rahmad Darmawan.

            Kesempatan bertemu Bepe akhirnya terjadi tahun 2012. Aku masih menjadi wartawan di VIVAnews. Ada konferensi pers yang dihadiri Bepe dan Ponaryo Astaman di sebuah cafe di Jakarta. Di sini kapasitas Bepe adalah sebagai Wakil Presiden Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI). Sedangkan Ponaryo menjabat sebagai Presiden.

            Dalam konpers tersebut, Bepe dan Ponaryo berbicara mengenai pemain ISL dan juga IPL yang tak kunjung menerima gaji. Dalam kapasitasnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden APPI, mereka juga mengumumkan siapa saja klub yang sudah melunasi pembayaran gaji klub dan juga yang masih menunggak. Mungkin hanya dalam konpers seperti ini Bepe mau berbicara.

            Akhirnya konpers selesai dan seperti biasa wartawan melakukan doorstop atau tanya jawab langsung kepada yang bersangkutan. Beberapa menghampiri Bepe yang mengenakan jas saat itu. Aku coba menghampiri.

            Dalam pikiranku, tak mungkin yah seorang Bepe mengenalku. Apalagi pembicaraan kita hanya melalui jejaring sosial. Tapi nyatanya justru dia duluan yang menyapaku. Ini ciyus loh.

“Hei, sampeyan Bobotoh, pendukung Persib ya?” kata Bepe.
“Hehe.. iya, sering ngobrol kan yah kita di Twitter,” kataku tersipu malu.
“Iya nih, gimana apa kabar?”
“Baik baik mas,” kataku.

            Wow, it’s amazing. Ternyata Bepe mengenalku. Mungkin di Twitter dia agak kepo – kelakuan polisi – juga. Melihat-lihat Timeline ku dan juga melihat fotoku. Bisa tahu juga wajahku kan.
            Aku juga bertanya padanya, “Mas, di Euro nanti dukung mana?”
            Ini pertanyaan titipan dari Bos. Waktu itu memang menjelang Euro. Jadi Bos menitip aku untuk bertanya pada pemain yang hadir mendukung tim mana di ajang paling bergengsi antar negara Eropa itu.
            “Wah Euro? Dukung mana ya? Aku sih ga dukung siapa-siapa. Aku dukungnya Argentina gimana dong,”
“Loh Argentina kan ga ikut Euro,” kataku.

            Hahaaa.. Bepe memang kocak. Sejago apa pun Argentina memang tak mungkin berpartisipasi di Euro atau Piala Eropa sebab ini hanya untuk negara-negara di Benua Eropa. Jelas omongan ngawur Bepe ini tidak bisa dibuat berita. Tapi Alhamdulillah aku dapat jawaban dari pemain lain yakni Ponaryo Astaman, Robbie Gaspar,dan Bima Sakti.
            Akhirnya setelah konpers selesai aku pun meminta untuk berfoto dengan Bepe.
            “Mas, sesama Interisti foto dulu dong,” kataku.
            Bepe pun melayani permintaanku. Dan jepret. Ini dia fotonya.

Gantengan mana nih? Hhe. Walaupun Persija dan Persib bermusuhan. Namun Inter telah menyatukan kami.
            Yup, begitulah sepakbola. Semua bisa menjadi positif ataupun negatif tergantung dari diri kita masing-masing. Terlalu fanatik terhadap klub kesayangan bisa menimbulkan sikap anarkis. Namun jika sebaliknya, bisa menambah saudara. Bahkan seperti aku berkat sepakbola aku bisa menjadi wartawan sepakbola dan bertemu pemain idola. Bukan hanya bertemu, tapi sudah sering ngobrol.

Sekarang Bepe jarang membalas mention-ku. Mungkin karena mention sekarang sudah semakin banyak jadi tidak terbaca. Mungkin karena sibuk. Ya aku sih husnudzon saja. Semoga dia bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia, dan jadi kebanggaan Indonesia dan Interisti tentunya.

Bepe memang belum memberikan gelar untuk Indonesia. Namun pengorbanannya untuk negeri ini patut diacungi jempol.

            Sebagai penutup ini kata-kata mujarab dari Bambang Pamungkas:
“Jangan pernah berhenti bermimpi karena mungkin suatu saat nanti mimpi kalian akan menjadi kenyataan.”
Forza Inter! Forza Indonesia! Forza @bepe20!
Jakarta 28, November 2012
Jelang Indonesia vs Singapura di Piala AFF 2012

5 komentar:

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Tahun 2024 Tahunnya Inter Milan dan Persib Bandung

Tahun 2024 ini menjadi tahun yang gemilang untuk dua klub favorit saya, Inter Milan dan Persib Bandung. Betapa tidak, kedua klub yang identi...