Kamis, 24 Desember 2020

Perjuangan Penuh Tangis dan Getir Menuju Anak Pertama

Bersyukur, kata ini yang akan saya selalu ada di hati saya setiap saat. Bagaimana tidak, jika mengingat perjuangan saya dan Suami agar kami memiliki buah hati. 

Kami menikah pada Agustus 2014. Saya mengenal Suami dari jejaring sosial Twitter sekitar bulan April, lalu kami berkenalan via DM, mengobrol, merencanakan pertemuan dengan keluarga, Suami meminta saya untuk menikah, kedua orang tua kami setuju, lalu kami menikah. Awal pernikahan kami sangat indah, ya karena kami tidak menjalani masa pacaran, lalu masa pacaran kami, kami nikmati setalah menikah. Bulan demi bulan, saya dan Suami masih santai menikmati masa pacaran kami. 

Ya terkadang ada saja yang bertanya “sudah isi belum?”, “pakai KB ya, kok belum hamil juga?”. Beberapa pertanyaan seperti itu beberapa kali terlontar dari keluarga, teman dan saya menanggapinya dengan santai. Saya hanya berpikir, baru beberapa bulan sejak kami menikah, jadi ya nikmati saja dulu masa berdua. 

Masuk ke anniversary pernikahan kami yang ke-1, saya mulai kepikiran soal anak. ya karena saya melihat teman-teman saya yang baru nikah beberapa bulan sudah hamil. Jujur melihatnya ada rasa pengen banget bisa hamil juga. Namun setiap melihat hasil test pack, membuat saya menangis, sedih, kecewa. Hari demi hari, menjalani ikhtiar untuk memiliki buah hati memang tidak mudah. Apalagi kurangnya dukungan dari pihak yang menyudutkan, membuat saya down hingga merasa tidak pantas untuk menjadi seorang istri dan ibu. Perasaan insecure ini pernah muncul, kadang rasanya ingin menyerah saja, namun Suami tetap menguatkan. 

Tahun kedua, tahun ketiga, saya mulai terbiasa dengan omongan “belum hamil juga” yang mungkin kurang enak didengar, ya saya telan mentah-mentah saja agar tidak sakit hati. Yang saya tahu bahwa kalau mau hamil kan ga boleh stres, jadi saya coba lebih rileks saja menghadapi omongan yang kurang enak. Tahun berikutnya, kami memutuskan untuk lebih tawakkal kepada Allah, bukan tidak berusaha, kami tetap berusaha, Qodarullah Allah belum amanahkan juga. 

Menguatkan diri sendiri dengan kalimat bahwa “Jangan sedih, Allah ada kok buat kamu”, itu menguatkanku untuk terus keep moving dan selalu yakin bahwa takdir Allah itu baik. 

Pada awal 2019, saat sedang berselancar di Instagram, saya melihat salah satu postingan tentang JSR. Ya kumpulan resep minuman herbal alami ala Rasulullah. Maksudnya mungkin lebih ke bagaimana hidup sehat ala Rasulullah. Awalnya saya ikuti akunnya, tapi saat itu saya belum coba karena seperti masih agak trauma dengan ikhtiar yang dulu saya lakukan, takut kecewa lagi. Jadi saya hanya save saja resep untuk program hamil, melancarkan haid, PCOS, dsb. 

Pada bulan Februari, kabar bahagia datang dari kami, ya akhirnya test pack yang biasa negatif itu sekarang berubah menjadi positif, bahagia bukan main dari saya dan Suami, saya menangis bahagia saat memegang test pack, tidak menyangka bahwa Allah memberikan impian yang kami inginkan. Setelah kami cek ke dokter kandungan, dokter menyarankan saya untuk bed rest, karena ini kehamilan pertama saya, takutnya kenapa-napa. Saya yang saat itu merasa tidak ada keluhan, tetap beraktivitas seperti biasa. Lalu di minggu depannya, saya keluar flek, badan terasa agak ga enak, karena saya merasa mungkin hanya kecapean, jadi saya hanya beristirahat dirumah saja. 

Bulan berikutnya saya kembali check up, dokter tetap menyarankan saya untuk bed rest total karena kandungan saya yang lemah. Beliau mewanti-wanti untuk menjaga kandungan dan juga menjaga kesehatan saya. Saya mulai ikuti saran dokter. Saya berusaha mengurangi aktifitas saya dirumah, tapi tetap saja saya tidak bisa tidak melakukan apa-apa jika rumah terlihat berantakan. Saya melakukan aktifitas se-minim mungkin, untuk mencuci baju, mencuci piring, Suami yang lakukan. Masuk bulan ketiga kehamilan, seperti biasa kami melakukan rutinitas bulanan cek kehamilan. 

Bahagianya kami saat dokter bilang bahwa janin yang ada di perut saya bukan tunggal, melainkan kembar. Masya Allah, rasanya bahagia banget. Dokter kembali mengingatkan bahwa kehamilan kembar banyak resiko komplikasinya. Dokter memberikan vitamin tambahan, menyarankan saya untuk tetap bed rest. Namun pada beberapa hari kemudian, flek kembali muncul semakin banyak, saya panik sekali saat itu, namun tetap berusaha untuk tenang, saya berpikir mungkin tadi habis jemur baju dan nyapu, jadi sedikit lelah. Lalu sekitar 3 atau 4 hari kemudian saya merasakan mulas seperti ingin BAB, saya pergi ke kamar mandi, lalu tidak terasa ada yang merembes keluar dari vagina, lalu saat saya tengok ke bawah, itu darah dan daging. 

Shock bukan main, saya bingung mesti apa. Suami sedang kerja, dan saya hanya berdua dengan ponakan yang masih kelas 1 SD. Akhirnya saya memutuskan untuk sendirian ke rumah sakit dengan ojek online, dengan bergetar, kaget, menangis saya ambil gumpalan daging itu, saya bungkus dengan kain, lalu saya pergi ke rumah sakit. Begitu sampai disana saya diarahkan ke IGD, tidak berselang lama dokter kandungan saya datang, mengecek saya dan gumpalan daging yang saya bahwa, dan beliau mengatakan bahwa ini anaksaya, ya, saya keguguran. 

Sepulang dari RS, saya baru menelepon Suami, Suami kaget dan bilang kenapa tidak menelepon dia sejak tadi. Saya hanya bisa bilang maaf dan panik, jadi yang saya pikirkan saat itu hanyalah langsung ke rumah sakit. Oh iya, dokter mengatakan bahwa saya tidak perlu dikuret, karena setelah di USG, rahim saya bersih, tidak ada sisa jaringan, lalu beliau berkata, “anak kembarnya sayang sama Ibunya, jadi mereka pergi dengan sangat bersih”. 

Mengingat ini sampai sekarang membuat saya sangat sedih. Begitu Suami sampai rumah, Suami menghampiri saya ke dalam kamar, tanpa banyak berkata saya langsung peluk Suami sambil menangis. Lalu saya minta maaf pada Suami karena tidak bisa menjaga amanah ini dengan baik, maaf jika saya bukan Ibu dan Istri yang baik. Suami memeluk erat, dan menguatkan bahwa semuanya baik-baik saja, semuanya sudah takdir dari Allah, kita semua bisa berusaha dan berencana, namun Allah yang mengehendaki. 

Selepas keguguran, perlahan saya mencoba bangkit, berkata pada diri sendiri bahwa saya kuat, ada Allah. Ketika luang saya buka Instagram, lalu muncul di beranda postingan dokter Zaidul Akbar yang memposting suatu postingan (saya lupa apa), lalu saya baca komennya, ada yang sembuh dari sakitnya, ada yang lebih sehat, ada yang hamil setelah penantian lama, semua karena menerapkan hidup sehat dan meminum bahan-bahan herbal. 

Lalu saya pun tergerak untuk mencoba hidup sehat dengan memperbaiki pola makan, pola tidur, pola hidup. Saat itu saya mencoba untuk membeli rimpang-rimpangan di pasar, seperti jahe, kunyit, bunga lawang, kapulaga, jeruk nipis, cengkeh dan juga madu. Tidak lupa juga kurma, bisa juga dijadikan bahan untuk infused water. Pokoknya saya pengen lebih sehat dan bugar, tidak ada pikiran untuk program hamil lagi mengingat saya baru saja keguguran. Saya mulai mencoba hidup sehat, pun juga dengan Suami. Saya sering membuat minuman rimpang dari cengkeh, kapulaga, bunga lawang, jahe, ditambah dengan madu, Masya Allah nikmat banget lho, kalian mesti coba. Atau juga bisa dengan jahe, kayu manis, kapulaga, cengkeh, ketumbar, ini sebenernya lebih ke memperbaiki hormon kita, jadi kalau di antara teman-teman semua yang punya keluhan hormon seperti haid sakit, sakit saat haid, bisa ikhtiar dengan minum rimpang ini yaaaaa. Dan kebetulan saya minum rimpang itu agar hormon saya bisa lebih baik, mengingat pasca keguguran. Untuk infused water, sederhana sih, bahannya juga gampang sekali di cari. Bisa rendam air dan kurma, atau air dengan jahe, kunyit, madu dan daun pandan, taro di kulkas, enak banget. Must try... 

1 atau 2 bulan setelah saya mencoba lebih sehat, saya bilang ke Suami, “badan ga enak banget, kayak mau haid deh, terus PD sakit banget”. Itu terjadi sekitar 1 bulan lebih. Dan saya mikir, “PD kok masih sakit ya kayak mau haid, tapi kok belum dateng juga tamunya”. Terus iseng bilang ke Suami, “masa hamil lagi yang?”. Suami bilang ya mungkin aja. Tapi saya mikir, kayaknya ga mungkin, baru banget keguguran kan? Dan saya ga mau berharap banyak dengan omongan Suami, saya pikir cuma bercanda aja. Keesokan harinya, saya ga tau gimana, pas Suami pulang dari minimarket, Suami beli 3 buah testpack dong. Saya yang saat itu lihat cuma bisa bengong sambil bilang, “yang ini buat apa? Kan aku ga hamil”. “Ya ga ada salahnya kan ngecek yang” kata Suami. 

Akhirnya yaudah saya simpan di lemari dulu, mana tau kan besok entah kapan butuh. Selama beberapa minggu rasa ga enak di perut dan PD tetap sakit membuat saya mikir kalo ini apa karena pasca keguguran ya sakit begini? Apa mau haid tapi rasanya ga enak banget. Wah pokoknya campur aduk lah ya pikiran karena mikir mungkin rahimnya sakit atau kenapa. Tapi entah kenapa, selama hampir beberapa minngu testpack dicuekin, saya memberanikan diri untuk testpack, saya ingat sekali, saya testpack jam setengah 2 siang. Saya masuk ke kamar mandi, mulai test dan..... 

POSITIF... GARIS DUA ITU KEMBALI MUNCUL.... 
Masya Allah. Alhamdulillah...
Tanganku bergetar banget, sampai dingin, deg-degan, ga tau mesti gimana, berpikir ini bener atau engga. Kemudian saya coba testpack untuk kedua kalinya, hasilnya lebih jelas, ya dua garis itu sangat jelas. Sujud syukur hal pertama yang saya lakukan ketika melihat garis dua itu, meskipun saya tau itu belum tentu hamil, tapi saya tetap bersyukur pada Allah, jika Allah memberikan amanah untukku dan Suami untuk kedua kalinya. Tanpa pikir panjang saya langsung menelepon Suami, mengabarkan bahwa testpack itu positif, kemungkinan saya hamil. 

Keesokan harinya pas banget Suami libur kerja, kami kembali ke rumah sakit, bertemu dengan dokter kandungan yang menangani saya di kehamilan sebelumnya. Kami masuk ke ruangan dokter, lalu beliau meminta saya untuk tiduran di kasur untuk di USG. Dan benar, saya bisa melihat kantung janin disitu, saya kembali hamil. Dokter bilang kalau saya dan Suami harus ekstra menjaga anak ini, dan di kehamilan kali ini, saya totally bed rest. 

Suami memberi kabar kepada Bapak Ibunya, dan juga saya memberi kabar kepada Ayah dan Ibu saya, serta keluarga kami, bahwa saya hamil kembali. Doa serta support diberikan kepada kami. Dan yang pasti orang tua kami sangat bahagia. Detik demi detik kami jalani hari-hari dengan penuh bahagia. 

Namun pada usia kandungan ke 6 bulan, daerah tempat tinggal saya di Bekasi mengalami banjir yang sangat parah di Januari 2020 yang lalu. Rumah kami kebanjiran, kami yang saat itu tidak ada di rumah juga kepikiran, air sudah naik dari sungai di seberang komplek kami, sudah masuk ke komplek, bagaimana barang barang kami, rumah kami. Saat itu kami sedang pergi keluar bersama adik, adik ipar dan ponakan. Karena Bekasi saat itu banjir di mana-mana, jadilah macet yang luar biasa, kami semua terjebak macet kurang lebih 10 jam, bayangkan. 

Kami yang pergi naik motor, pun saya yang dalam keadaan hamil sempat hampir pingsan karena sudah tidak kuat lagi naik motor. Saya mengelus perut sambil berkata kepada anak di dalam perut untuk tetap kuat, padahal saat itu badan saya sudah dingin, sudah tidak kuat, rasanya sudah habis tenaga. Setelah 10 jam macet kami lalui, kami hampir sampai di depan kompek rumah namun air banjir sudah sangat tinggi, tinggi seperut orang dewasa. 

Saya cuma bisa menangis, berpikir kami harus mengungsi ke mana? Bagaimana keadaan rumah kami? Vitamin dan susu hamil saya ada dirumah. Saya harus bagaimana? Suami, adik, dan adik ipar melihat saya semakin lemas. saya merasakan kalau gerakan janin mulai berkurang sejak tadi di perjalanan, saat saya hampir pingsan. Lalu Suami langsung membawaku ke rumah sakit.











Saya bertemu dengan IGD lagi. Setelah perawat memeriksa saya, kemudian memeriksakan detak jantung anak saya di dalam perut, hasilnya, denyut jantung bayi lemah dan saya harus dirawat. Bersyukurnya selama dirawat, ada tetangga dirumah yang membantu Suami untuk membersihkan rumah pasca banjir. 


Namun banjir kembali lagi di bulan Februari 2020, meski tidak setinggi bulan lalu, tapi kami cukup kerepotan juga. Air banjir masuk ke dalam rumah sore hari, lalukami berpikir bahwa kami tidak bisa tidur dirumah malam ini. Akhirnya saya, Suami dan ponakan (ponakan ikut tinggal bersama kami) mengungsi ke mesjid.










Setelah ujian banjir kami lewati, saya selalu berdoa agar bencana ini tidak terjadi lagi, karena awal tahun kemarin banyak sekali yang menjadi korban banjir di berbagai kota di Indonesia. 


Dan tiba pada saatnya di bulan April 2020, ya itu adalah bulan ke-9 kehamilanku, bersyukur kepada Allah, saya bisa melewati semua ini, one step closer to labor and delivery.


Satu minggu sebelum melahirkan, saya mulai merasakan seperti keputihan keluar, tapi warnanya tidak putih, melainkan hijau. Akhirnya coba googling, lalu saya coba untuk cari tau bagaimana keputihan saya itu. Tidak berbau, tidak gatal juga. Makanya saya aneh, kok ini warna hijau. Lalu tepatnya pada tanggal 28 April 2020 saat saya sedang menyiapkan makan sahur, saat saya ingin pipis, saya melihat banyak sekali keputihan berwarna hijau di underwear saya. Saya bilang ke Suami, apa harus ke rumah sakit ya? Suami mengiyakan karena takut ada apa-apa, tapi saya takut kalau harus kerumah sakit di waktu sedini itu karena rawan begal. Akhirnya saya coba untuk rileks sampai pada akhirnya keputihan berwarna hijau itu tetap keluar semakin banyak. 


Sorenya kami kontrol ke rumah sakit, kami mengantri, lalu giliran kami masuk ke dalam ruangan dokter, di USG, ternyata air ketuban saya hampir habis, dan saya baru ingat saat dokter tanya terkait gerakan bayi. Ya sejak sahur, gerakan bayi mulai berkurang. Akhirnya dokter kandungan kami langsung memberi tahu asistennya bahwa saya harus SC pada saat itu juga, lalu memberi tahu saya. Wah dalam hati udah campur aduk banget. Saya mikirnya masih bisa melahirkan normal, tapi dokter bilang ga bisa. 


Akhirnya setelah Suami mengurus formulir persiapan SC segala macem, saya masuk ke ruangan tunggu untuk operasi SC. Suami kembali ke rumah untuk mengambil baju dan printilannya karena saya sama sekali belum menyiapkan tas untuk melahirkan saat itu. 


Saat sedang menunggu, bener-bener deg degan banget karena ini pertama kalinya di operasi. Perawat bilang bahwa 10 menit saya akan dibawa ke ruangan operasi. Bismillah, saya membaca doa ketika perawat mendorong kursi roda menuju ruangan operasi. 


Sudah tiba di ruang operasi, saya melihat alat pendeteksi denyut jantung dengan banyak kabel, lampu besar dan lain sebagainya, tapi saya belum lihat gunting pisau (mungkin dikeluarinnya ntar setelah saya dibius biar ga takut hehe). Setelah itu saya diminta duduk oleh beberapa orang berbaju operasi hijau, lalu mereka menyuntikan obat bius di pinggang saya, rasanya Masya Allah masih saya inget sampai sekarang ngilunya. Setelah disuntik, saya tidak dapat merasakan apa-apa dari perut sampai kaki. Sampai tiba saya melihat dokter kandungan saya datang dan bilang “santai aja ya Bu”. Saya merasakan perut saya seperti lagi dielus elus, padahal itu lagi dibelek sepertinya ya hehe. 


Karena ini kali pertamanya operasi jadi walaupun sudah dibius saya tetap deg-degan. Tapi saya sudah tidak sabar juga ingin bertemu dengannya, iya anakku yang kunantikan selama 6 tahun ini. 


Tidak lama, saya merasa seperti ada air yang tumpah di perut (itu air ketuban ternyata), lalu disusul dengan suara tangisan anakku. Ya anakku telah lahir dengan selamat dan sehat. Pada hari itu, 28 April 2020, telah lahir anak pertama kami, Mizan Ahsan Karami. Saya masih tidak menyangka akan melahirkan anak selucu itu. Dan masih tidak menyangka bahwa Allah sangat baik, Allah Maha Baik telah menitipkan amanah ini kepada kami. Dan saat ini, MIzan sudah hampir 8 bulan. Masya Allah Tabarakallah.



 

Dari sini saya dan Suami belajar, bahwa Allah bersama hambaNya yang bersabar, berdoa dan berusaha. Mungkin Allah tidak langsung mengabulkan doa kita, namun Allah menguji dulu kesabaran kita. Bukankah di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. 


Untuk teman-temanku dan semua yang membaca blog ini dari awal sampai akhir, saya ucapkan terima kasih banyak ya sudah menyisihkan sedikit waktu untuk membaca. Dan juga untuk semuanya yang sampai saat ini masih menanti, masih berusaha, jangan patah semangat yaaaaa, jangan pantang menyerah. Insya Allah, Allah akan memberikan amanah in di waktu yang tepat. Sending virtual hugs to y’all.


Baca juga: 5 Ide Kado untuk Ibu Hamil yang Bermanfaat dan Pasti Disukai

 

Dan terima kasih The Asian Parent (TAP) udah nyiptain Apps ini dengan segala ilmu yang bermanfaat bagi wanita, calon Ibu dan para Ibu. Kami semua bisa tanya jawab, berbagi ilmu dan sharing soal apapun itu. Dan terima kasih juga TAP atas kesempatannya.



 


Terima kasih juga Suami untuk selalu support dari awal menikah, sampai sekarang.

Terima kasih keluarga dan teman atas segala doa dan dukungannya.


Terima kasih juga untuk anakku Aa Mizan yang sudah bersama-sama kuat sejak dalam kandungan. Mama dan Papa sangat sayang Aa Mizan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Tahun 2024 Tahunnya Inter Milan dan Persib Bandung

Tahun 2024 ini menjadi tahun yang gemilang untuk dua klub favorit saya, Inter Milan dan Persib Bandung. Betapa tidak, kedua klub yang identi...