Rabu, 14 Oktober 2009

Aku Interisti, Dia Milanisti

Katakanlah, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (27:65)

Tak ada manusia yang bisa melihat makhluk gaib. Jika bisa, berarti ia mengalami gangguan dari makhluk gaib tersebut. Salah satu cara mendeteksinya adalah dengan ruqyah atau pengobatan ala Rasulullah SAW. Beruntunglah aku mempunyai ibu yang pernah belajar ruqyah. Ketika gangguan itu ada, bisa cepat terdeteksi. Makhluk dalam tubuhku begitu ketakutan ketika mendengar kata jin, setan, thagut. Begitu takut surat Ar-Rahman dan juga tak nyaman mendengar suara azan. Takut mendengar kata naar (neraka) dan juga api. Menghalangiku untuk mengucapkan asma Allah dan juga shalat. Alhamdulillah kini ia sudah tak menggangguku lagi. Mungkin yang tersisa kini hanya masalah lelah fisik, psikologis, dan juga beberapa trauma.

Dari tanda-tanda yang ada dapat diprediksi dia adalah jin. Mungkinkah malaikat takut api neraka? Saat diruqyah aku membayangkan pernah nonton bola saat KKN di Indralayang. Aku pun sangat mencintai Inter. Tiba-tiba muncul suara aneh yang keluar dari mulutku, seperti suara nenek-nenek:

“Kaka.. Kaka kenapa keluar Kaka??? Kenapa ke Madrid??? Udah enak di Milan Kaka?? Huhuhu Kaka.. Kaka.. Milan jadi jelek Kaka.. Aku pingin ke Madrid ketemu Kaka.. Gimana caranya dari Indralayang.. KAKA… KAKA KENAPA KELUAR!!!??? Kaka kan ganteng kayak saya”



Hah, Kaka? Milan? Madrid? Siapa yang berbicara? Aku Interisti. Aku tak peduli Kaka mau pindah kek, mau gantung diri kek, urusan saya apa. Milan sekarang ke-12?? Siapa yang sedih? Namun suara itu sangat sedih. Sangat menyayangkan kepindahan Kaka ke Santiago Bernabeu. Yup, Milan memang sangat kehilangan sosok Kaka saat ini. Jin juga tau ternyata.

Dulu yang aku tahu fans Kaka sangat banyak. Ternyata fans Kaka bukan hanya dari golongan manusia. Namun dari golongan jin dan manusia. Sepak bola olahraga yang disukai semua kalangan, termasuk makhluk gaib? Yang pasti manusia pun tak bisa mempengaruhi diriku. Apalagi jin? Sesuai dengan namaku Luzman yang berarti teguh, aku akan tetap menjadi Interisti.
Kita jelas berbeda. Aku manusia, dia jin. Aku Interisti, dia Milanisti. Aku Islam dia Kafir. Lakum dinukum waliyadin. Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Tak perlulah saling mengganggu.

Namun aku tak mau menjadi fanatik. Tak masalah jika istriku atau anakku kelak menjadi Milanisti mengikuti si om jin. Tapi, bagiku menjadi Interisti tetap yang terbaik. Yang penting keyakinan mereka untuk beragama sangat kuat. Urusan milanisti, juventini atau Interisti mah urutan ke sekian.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku”

Wallahu alam bishawab

2 komentar:

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Tahun 2024 Tahunnya Inter Milan dan Persib Bandung

Tahun 2024 ini menjadi tahun yang gemilang untuk dua klub favorit saya, Inter Milan dan Persib Bandung. Betapa tidak, kedua klub yang identi...