Sabtu, 11 Oktober 2025

Diskriminasi atau Strategi? Analisis Kritis Proses Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia dalam Bingkai Identitas Nasional


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. Latar Belakang

Kewarganegaraan merupakan salah satu isu fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Status kewarganegaraan tidak hanya menentukan hak dan kewajiban seseorang di hadapan negara, tetapi juga mencerminkan identitas nasional yang melekat pada diri individu.

 

Dalam konteks Indonesia, isu kewarganegaraan kembali mencuat ke permukaan melalui proses naturalisasi pemain sepak bola asing yang direkrut untuk memperkuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia.

 

Fenomena ini menuai pro dan kontra. Di satu sisi, naturalisasi dianggap sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas timnas dengan menghadirkan pemain-pemain yang memiliki pengalaman internasional, postur fisik, maupun keterampilan yang mumpuni.

 

Namun, di sisi lain, muncul kritik bahwa proses naturalisasi mencerminkan bentuk diskriminasi karena dinilai lebih cepat, mudah, dan istimewa dibandingkan proses panjang yang harus ditempuh warga asing biasa untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

 

Perdebatan ini menimbulkan pertanyaan lebih luas tentang makna kewarganegaraan dan identitas nasional. Apakah naturalisasi pemain sepak bola hanya sekadar strategi jangka pendek demi prestasi olahraga, atau justru melemahkan rasa kebangsaan dan nilai-nilai keadilan sosial yang dijunjung tinggi oleh Pancasila?

 

Oleh karena itu, analisis kritis terhadap isu naturalisasi pemain timnas Indonesia perlu dilakukan. Dengan demikian, kita dapat melihatnya tidak hanya dari sudut pandang olahraga, tetapi juga dalam bingkai kewarganegaraan, keadilan, dan identitas nasional.

 

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses naturalisasi pemain Timnas Indonesia ditinjau dari perspektif kewarganegaraan?

2. Apakah proses naturalisasi tersebut mencerminkan bentuk diskriminasi atau strategi kebangsaan?

3. Bagaimana naturalisasi pemain timnas memengaruhi identitas nasional dan semangat kebangsaan?

 

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memahami proses naturalisasi pemain Timnas Indonesia dalam kerangka hukum kewarganegaraan Indonesia.

2. Untuk menganalisis apakah naturalisasi lebih condong sebagai strategi peningkatan prestasi atau mengandung unsur diskriminasi.

3. Untuk mengkaji dampak naturalisasi pemain timnas terhadap identitas nasional, rasa kebangsaan, dan nilai-nilai Pancasila.

 

 

 

 


 

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

 

2.1. Kajian Teoritis

 

1. Kewarganegaraan dan Identitas Nasional
Kewarganegaraan merupakan status hukum yang menunjukkan hubungan formal antara individu dengan negara. Dalam perspektif teori politik, kewarganegaraan tidak hanya sebatas status hukum, melainkan juga mencakup aspek identitas, loyalitas, serta hak dan kewajiban sebagai anggota penuh suatu bangsa (Marshall, 1950).

 

Di Indonesia, kewarganegaraan memiliki kaitan erat dengan identitas nasional yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, sehingga setiap kebijakan terkait kewarganegaraan harus sejalan dengan semangat kebangsaan dan nilai-nilai keadilan sosial (Kaelan, 2014).

 

2. Naturalisasi dalam Perspektif Hukum dan Olahraga
Naturalisasi adalah proses hukum untuk memberikan status kewarganegaraan kepada warga negara asing. Dalam konteks olahraga, khususnya sepak bola, naturalisasi sering dijadikan strategi untuk memperkuat tim nasional dengan menghadirkan pemain asing yang memenuhi kriteria.

 

Namun, proses ini sering dipandang kontroversial karena terdapat perbedaan perlakuan antara pemain asing dengan warga asing biasa yang mengajukan permohonan kewarganegaraan (Yuliantiningsih, 2018).

 

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, naturalisasi dapat diberikan dengan prosedur khusus melalui Keputusan Presiden, terutama apabila subjek dianggap memberi manfaat besar bagi bangsa dan negara. Hal ini yang kemudian menjadi dasar percepatan naturalisasi pemain sepak bola (Latif, 2011).

 

3. Diskriminasi dan Strategi dalam Konteks Naturalisasi
Diskriminasi terjadi ketika terdapat perlakuan berbeda terhadap individu atau kelompok berdasarkan kategori tertentu yang tidak berlandaskan prinsip keadilan (Puspitawati, 2019).

 

Dalam hal naturalisasi pemain timnas, percepatan proses dibandingkan warga asing biasa memunculkan kritik adanya diskriminasi kebijakan.


Sebaliknya, jika ditinjau dari perspektif strategi, naturalisasi dapat dianggap sebagai upaya negara untuk meningkatkan daya saing sepak bola Indonesia di tingkat internasional, sekaligus sebagai bentuk diplomasi olahraga (Grix & Houlihan, 2014).

 


2.2 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan isu naturalisasi pemain sepak bola di Indonesia antara lain:

 

1. Yuliantiningsih (2018) dalam jurnal Jurnal Legislasi Indonesia mengkaji kebijakan naturalisasi dalam perspektif hukum kewarganegaraan.

 

Penelitian ini menemukan bahwa naturalisasi pemain sepak bola dilakukan dengan mekanisme percepatan demi kepentingan nasional, tetapi berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial.

 

2. Sutrisno (2020) dalam penelitiannya di Jurnal Sosial Humaniora menyoroti fenomena naturalisasi pemain sepak bola sebagai strategi peningkatan prestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naturalisasi memiliki dampak positif pada prestasi timnas, tetapi juga menimbulkan pertanyaan terkait identitas nasional.

 

3. Grix & Houlihan (2014) dalam Sport Policy and Politics membahas naturalisasi atlet sebagai bagian dari politik olahraga global. Mereka menegaskan bahwa banyak negara menggunakan naturalisasi sebagai strategi diplomasi dan pencitraan internasional.

 

4. Puspitawati (2019) meneliti aspek diskriminasi dalam kebijakan publik di Indonesia. Meski tidak spesifik pada olahraga, penelitian ini relevan karena mengulas dampak ketidaksetaraan dalam kebijakan negara terhadap rasa keadilan masyarakat.

 

 


BAB III

ISI DAN PEMBAHASAN

 

3.1 Fenomena Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia

Proses naturalisasi pemain sepak bola untuk Timnas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin marak. Bahkan, dari 29 pemain yang dipanggil pelatih Patrick Kluivert untuk menghadapi Arab Saudi dan Irak di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, 19 di antaranya merupakan pemain naturalisasi, sedangkan hanya 10 pemain asli lokal. Hal ini menimbulkan diskusi publik mengenai arah kebijakan sepak bola nasional.

 

Menurut data yang ada, saat ini pemain naturalisasi yang membela Timnas Indonesia antara lain: Maarten Paes,  Jordi Amat, Sandy Walsh, Justin Hubner, Jay Idzes, Shayne Pattynama, Calvin Verdonk, Kevin Diks, Dean James, Marc Klok, Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, Eliano Reijnders, Joey Pelupessy, Stefano Lilipaly, Ragnar Oratmangoen, Ole Romeny, Miliano Jonathans, dan Mauro Zijlstra.

 

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah naturalisasi lebih merefleksikan strategi jangka pendek demi prestasi, atau justru berpotensi mengikis identitas nasional sepak bola Indonesia?


3.2 Kontroversi: Diskriminasi atau Strategi?

Proses naturalisasi di Indonesia kerap menimbulkan kritik karena dianggap lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan pengajuan kewarganegaraan oleh warga asing biasa.

 

Seperti yang disorot DPR, ada perbedaan perlakuan antara warga asing umum yang harus menunggu bertahun-tahun dengan pemain sepak bola yang hanya membutuhkan waktu singkat (VIVA, 2025a).

 

Anggota DPR juga menyoroti Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, agar menghentikan gelombang naturalisasi yang dinilai berlebihan dan tidak berpihak pada pengembangan pemain lokal. Menurut mereka, kebijakan ini justru dapat menimbulkan diskriminasi terhadap WNI asli yang berjuang melalui jalur panjang (VIVA, 2025b).

 

Namun, dari sisi lain, naturalisasi kerap dipandang sebagai strategi nasional. PSSI berargumen bahwa naturalisasi diperlukan untuk meningkatkan kualitas timnas, terutama karena sebagian besar pemain yang dinaturalisasi memiliki pengalaman bermain di liga top Eropa (VIVA, 2025c).

 

Hal ini sejalan dengan teori diplomasi olahraga, bahwa perekrutan pemain asing dapat meningkatkan citra dan daya saing internasional (Grix & Houlihan, 2014).


3.3. Dampak Terhadap Identitas Nasional

Fenomena naturalisasi pemain timnas Indonesia menimbulkan perdebatan mengenai identitas nasional. Di satu sisi, pemain naturalisasi yang sudah sah menjadi WNI berhak membela tim nasional. Namun, dominasi mereka dalam skuad (19 dari 29 pemain) menimbulkan kekhawatiran akan melemahnya peran pembinaan pemain lokal.

 

Seperti dikemukakan Marshall (1950), kewarganegaraan tidak hanya status hukum, tetapi juga identitas sosial yang melekat. Jika kebijakan naturalisasi lebih menekankan pada aspek pragmatis prestasi, maka identitas nasional dapat tergerus.

 

 Sebaliknya, jika diiringi dengan pengembangan pemain lokal dan transfer ilmu, naturalisasi bisa menjadi strategi transisi menuju kebangkitan sepak bola Indonesia.

 

 


3.4. Analisis Kritis

Dari uraian di atas, terlihat bahwa naturalisasi memiliki dua wajah:

 

1. Sebagai strategi, naturalisasi dapat mendongkrak prestasi jangka pendek dan meningkatkan daya saing timnas.

2. Sebagai potensi diskriminasi, naturalisasi menimbulkan ketidakadilan karena prosesnya lebih cepat dibandingkan warga asing biasa, serta mengurangi kesempatan pemain lokal tampil di level internasional.

 

Maka, kebijakan naturalisasi perlu ditempatkan dalam kerangka keseimbangan antara strategi prestasi dan penguatan identitas nasional. Tanpa itu, naturalisasi bisa berbalik menjadi bentuk diskriminasi kebijakan yang bertentangan dengan nilai keadilan sosial Pancasila.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Grix, J., & Houlihan, B. (2014). Sport policy and politics: A comparative analysis. Routledge.

Kaelan. (2014). Pendidikan Pancasila. Paradigma.

Latif, Y. (2011). Negara paripurna: Historisitas, rasionalitas, dan aktualitas Pancasila. Gramedia Pustaka Utama.

Marshall, T. H. (1950). Citizenship and social class. Cambridge University Press.

Puspitawati, H. (2019). Diskriminasi dalam kebijakan publik: Perspektif keadilan sosial. Jurnal Administrasi Negara, 25(2), 112–123.

Sutrisno, A. (2020). Naturalisasi pemain sepak bola dan identitas nasional. Jurnal Sosial Humaniora, 11(1), 45–56.

VIVA. (2025, September 15). Alasan Maarten Paes bisa dinaturalisasi Indonesia padahal asli keturunan Eropa. VIVA.co.id. https://www.viva.co.id/bola/liga-indonesia/1750922-alasan-maarten-paes-bisa-dinaturalisasi-indonesia-padahal-asli-keturunan-eropa

VIVA. (2025, September 29). Anggota DPR singgung Erick Thohir: Hentikan naturalisasi Timnas Indonesia. VIVA.co.id. https://www.viva.co.id/sport/1845213-anggota-dpr-singgung-erick-thohir-hentikan-naturalisasi-timnas-indonesia

VIVA. (2025, September 30). DPR singgung proses warga biasa jadi WNI sulit tapi naturalisasi pemain timnas cepat. VIVA.co.id. https://www.viva.co.id/berita/nasional/1851804-dpr-singgung-proses-warga-biasa-jadi-wni-sulit-tapi-naturalisasi-pemain-timnas-cepat

Yuliantiningsih, A. (2018). Kebijakan naturalisasi pemain sepak bola dalam perspektif hukum kewarganegaraan Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia, 15(3), 221–234.

 

 

Minggu, 14 September 2025

Bismillah! Aku Kuliah Lagi, Jadi Mahasiswa Lagi


Ibuku memiliki usaha klinik Sehat Bugar Akupunktur di Bandung. Pasiennya lumayan banyak dan bisa membantu banyak orang dengan berbagai keluhan.

Suatu hari ibuku sempat bertanya, "Kira-kira siapa ya yang ngelanjutin usaha Ibu? Kan Ibu udah tua. Harus ada penerus."

Di situ hatiku tergerak. "Gimana kalau Luzman saja Bu?"

Sebagai anak pertama, saya jadi kepikiran juga. Kan sayang juga andai nanti Ibu sudah gak ada, masa iya klinik tutup gitu aja tanpa ada yang meneruskan.

Rasanya mubazir usaha Ibu yang sudah dibangun bertahun-tahun kalau harus tutup.

Saya pun mulai belajar mandiri akupunktur. Buka-buka website, aplikasi dan juga e-book.

Tak ada sama sekali dalam bayangan saya kuliah. Apalagi kan saya masih kerja.

Dulu Ibuku kuliah di Solo. Jadi perlu waktu ekstra, mungkin kalau sudah tak kerja.

Suatu hari, ibuku telpon. Beliau bertanya, apakah aku mau kuliah akupunktur. Diceritakan kalau kuliah secara online jadi bisa diatur dengan pekerjaan.

Tapi, biaya cukup besar. Aku bilang tak sanggup dengan pembayaran segitu.

Aku pun bilang, adikku duluan saja Dhifi yang kuliah. Lagi pula, kan Dhifi di Bandung, bisa sambil belajar lihat Ibu akupunktur.

Sedangkan aku masih bekerja di Jakarta. 

Tapi, beberapa hari kemudian Ibuku telepon lagi. Katanya, biaya kuliah dibantu Ibu.


Aku pun terdaftar di Universitas Medika Shermad, prodi Pengobatan Tradisional Tiongkok.

Alhamdulillah kalau begitu. Bismillah, aku berdoa semoga semua berjalan lancar.


Dan nanti aku benar-benar bisa melanjutkan usaha Akupunktur Ibu.

Kamis, 29 Mei 2025

Euforia Bobotoh Persib: Semangat Juara Menggema di Jalanan Bandung

Bandung kembali bergemuruh dengan semangat luar biasa para Bobotoh, suporter setia Persib Bandung. Dalam momen penuh kebanggaan ini, ribuan pendukung Persib tumpah ruah ke jalanan kota, merayakan pencapaian Maung Bandung yang kembali menorehkan prestasi gemilang di musim 2023/2024.

Salah satu momen yang tertangkap kamera memperlihatkan seorang Bobotoh dengan penuh semangat mengibarkan bendera bertuliskan “PERSIB JUARA” di tengah kerumunan suporter. Mengenakan kaus hitam bertuliskan “Back to Back Champion 2023–2024”, pria ini berdiri tegak, melambangkan semangat juang dan kebanggaan terhadap klub kebanggaan Jawa Barat itu.

💙 Semangat Persatuan di Tengah Keramaian

Dikelilingi oleh lautan biru—warna khas Persib—foto ini menggambarkan betapa kuatnya solidaritas dan kecintaan warga Bandung terhadap klub mereka. Dari anak-anak hingga orang dewasa, semua bersatu dalam satu suara: Maung Bandung, Juara!

Terlihat pula bendera dan atribut resmi Persib dikibarkan dengan bangga, menambah semarak suasana. Langit Bandung pun seolah ikut menyambut kemeriahan, dengan cuaca cerah yang mendukung perayaan jalanan ini.

🏆 Perayaan Juara yang Penuh Makna

Perayaan ini bukan hanya selebrasi atas kemenangan di lapangan, tetapi juga simbol kebanggaan kolektif dan identitas kuat warga Bandung sebagai bagian dari keluarga besar Persib. Dengan yel-yel menggema dan bendera berkibar, suasana ini menjadi bukti bahwa Persib bukan hanya sekadar klub sepak bola—Persib adalah gaya hidup.


Foto ini menangkap lebih dari sekadar perayaan—ia menggambarkan jiwa dan semangat juang Bobotoh yang tak pernah padam, musim demi musim. Karena bagi warga Bandung, mendukung Persib adalah soal hati, bukan sekadar hasil.


Senin, 05 Mei 2025

Persib Bandung Juara dan Kenangan Doa Almarhumah Yangti saat Naik Haji

Persib Bandung sukses menjuarai Liga 1 musim 2024/25. Ini merupakan gelar back to back alias dua musim secara beruntun.

Bicara keberhasilan Persib ini, saya jadi teringat mengenai almarhumah nenek saya yang biasa saya panggil Yangti.

Tahun 2007, Yangti naik haji. Sebelum pergi, Yangti nanya ke saya, "Man mau nitip doa ga nanti pas Yangti naik haji?"

Waktu saya sebenarnya jawab sekenanya saja. "Ini aja Yangti, nitip doa Persib juara"

Waktu itu, saya memang Bobotoh banget. Tiap Persib main hampir selalu nonton di Stadion.

Terus juga ikut organisasi di kampus Viking Unpad. Motonya "Persib 6 SKS. Jangan biarkan kuliah mengganggu Persib mu"

Dulu juga Persib susah banget juara. Terakhir juara di musim 1994/95. Pas tahun 2007-an itu banyaknya di papan tengah.

Saya ga expect Yangti bakal beneran doain Persib di Tanah Suci. Masa iya sih, sampai bener didoain. Dulu sih mikirnya gitu. Mintanya juga ga serius amat.

Tapi ternyata pas pulang naik haji Yangti cerita gini

"Man pas di Masjidil Haram, Yangti udah mau pergi. Terus balik lagi. Eh iya lupa ini ada satu lagi doa titipan cucuku. Doa Persib juara!"

"Orang lain nanyain. Lucu ya cucunya. Orang lain minta doa sehat, atau lulus kuliah dll, ini minta doa Persib juara."

Agak kaget juga denger cerita Yangti. Ya Allah ternyata benerin didoain.

Tahun demi tahun ternyata Persib tak kunjung juara.

Dan akhirnya di ISL 2014, Persib juara usai menekuk Persipura Jayapura di final.

Musim 2023/24 dan 2024/25 Persib sukses menjadi juara Liga 1.

Ternyata, berkat doa Yangti Persib sudah tiga kali juara. 

Saya baru inget kenapa dikabulin Allah baru tahun 2014, 2024 dan 2025. Soalnya dulu doanya ga nyebut tahun berapa juaranya!


Kamis, 01 Mei 2025

Profil Luzman Rifqi Karami (Created By AI)


ChatGPT said:

Luzman Rifqi Karami adalah seorang jurnalis Indonesia yang dikenal melalui kontribusinya di bidang olahraga, khususnya sepak bola, serta isu-isu kesehatan dan gaya hidup. Ia aktif menulis untuk berbagai media, termasuk VIVA.co.id, dan memiliki kehadiran yang kuat di media sosial seperti Instagram dan X (sebelumnya Twitter).X (formerly Twitter)

Karier Jurnalistik

Luzman telah menulis berbagai artikel yang mendalam dan informatif. Salah satu tulisannya yang menonjol adalah mengenai sejarah kompetisi sepak bola di Indonesia, yang memberikan wawasan tentang perkembangan dan dinamika liga sepak bola nasional. Selain itu, ia juga menulis tentang Piala Menpora, membahas alasan di balik janji hadiah besar oleh LIB dalam turnamen tersebut. P2K StekomWikipedia

Di luar dunia olahraga, Luzman juga aktif menulis artikel yang berkaitan dengan kesehatan dan gaya hidup. Salah satunya adalah artikel tentang akreditasi paripurna yang diraih oleh Klinik Gigi Dentes, yang menunjukkan komitmen klinik tersebut dalam memberikan pelayanan medis terbaik kepada masyarakat. klinikgigidentes.com

Kehadiran di Media Sosial

Luzman aktif di media sosial, menggunakan platform seperti Instagram dan X untuk berbagi informasi, pandangan, dan interaksi dengan publik. Akun Instagram-nya, @luzmankarami, menampilkan berbagai momen dari kehidupannya, termasuk foto-foto dan reels yang mencerminkan minat dan aktivitasnya. Sementara itu, akun X-nya, @luzman_karami, digunakan untuk berbagi pemikiran dan informasi terkini, termasuk dukungan terhadap tim nasional Indonesia dan partisipasi dalam kampanye seperti #TimnasDay. X (formerly Twitter)+2Instagram+2Instagram+2X (formerly Twitter)

Kesimpulan

Dengan latar belakang sebagai jurnalis yang berfokus pada olahraga dan kesehatan, serta kehadiran yang aktif di media sosial, Luzman Rifqi Karami memainkan peran penting dalam menyampaikan informasi yang relevan dan membangun kesadaran publik di Indonesia. Karyanya mencerminkan dedikasi terhadap profesi jurnalistik dan komitmen untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.


Sabtu, 11 Januari 2025

Patrick Kluivert Gantikan Shin Tae-yong, Perjudian Besar PSSI di Timnas Indonesia






Awal 2025 ini pecinta sepakbola Indonesia mendapatkan kabar mengejutkan. Shin Tae-yong dipecat dan digantikan Patrick Kluivert.

Tanggal 6 Januari 2025 menjadi hari patah hati nasional. Keputusan yang bikin kaget sebab Indonesia masih punya peluang besar lolos ke Piala Dunia 2026.

Padahal, tampil di Piala Dunia adalah sesuatu yang seolah menjadi mimpi bagi kita. Dan mimpi itu mulai bisa terwujud di tangan Shin Tae-yong.

Terus kenapa Shin Tae-yong dipecat?

Pertanyaan itu terus menjadi tajuk dan dipertanyakan seluruh pecinta sepakbola. Tapi, hingga kini tak ada jawaban pasti.

Salah satu yang menyeruak adalah rumor perpecahan. Banyak pemain naturalisasi yang tak puas dengan taktik STY dan itu sudah terlihat saat melawan China.

Ada juga mengenai masalah komunikasi. STY hingga kini tak bisa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

STY selalu menggunakan bahasa Korea dan mengandalkan penerjemah Jeong Seok-seo alias Jeje. Hal ini disebut sebagai salah satu kendala.

Padahal, apapun masalahnya, STY terbukti berjasa besar dalam sepakbola nasional. Salah satunya adalah ranking FIFA yang melejit dari posisi 176 pada 2021 hingga kini ke posisi 127.

STY juga mampu meloloskan Indonesia ke 16 besar Piala Asia 2023, semifinal Piala Asia U-23 2024 dan lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Kluivert Dipertanyakan
Penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih anyar Indonesia pun dipertanyakan. Sebab, dia sama sekali tak memiliki rekam jejak mentereng sebagai pelatih.

Mungkin, reaksi masyarakat kita akan berbeda jika Louis van Gaal yang ditunjuk sebagai pelatih. Atau setidaknya Erik Ten Hag, Roberto Mancini, maupun Jose Mourinho.

Kluivert? Publik nasional justru lebih mempertanyakan mengapa PSSI menunjuk pria yang sempat tersangkut utang judi ini.

Keunggulan Kluivert adalah dulunya dia seorang striker tajam. Dan dia diharapkan bisa menjadi solusi untuk lini depan Indonesia yang kurang tajam.

Selain itu, dia juga fasih bahasa Inggris dan Belanda. Bisa bahasa Belanda menjadi keunggulan dengan banyaknya pemain keturunan Belanda di Indoensia.

Belum lagi ada asisten pelatih Denny Landzaat. Sosok ini disebut Kluivert bisa bahasa Indonesia.

Lantas apakah keputusan menunjuk Kluivert ini tepat? Atau timnas Indonesia kembali ke masa kegelapan? Biarkan waktu yang menjawabnya.

Entri yang Diunggulkan

Diskriminasi atau Strategi? Analisis Kritis Proses Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia dalam Bingkai Identitas Nasional

BAB I PENDAHULUAN   1.1. Latar Belakang Kewarganegaraan merupakan salah satu isu fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sta...