Senin, 21 April 2008

UEFA Champions League

Sejarah Liga Champions

Liga-liga Eropa selalu diwarnai dengan persaingan yang ketat setiap pekannya. Olah bola yang khas, teknik tingkat tinggi, umpan-umpan matang, dan gol-gol cantik sering diperagakan. Setiap liga tentunya mempunyai ciri khas masing-masing. Namun tentunya kita selalu bertanya-tanya, liga mana yang terbaik di Eropa. Semuanya dapat terjawab jika kita menyaksikan UEFA Champions League yang mempertemukan klub-klub besar di Eropa. UEFA Champions League yang di Indonesia dikenal dengan Liga Champions adalah kejuaraan sepakbola tahunan antara klub-klub sepakbola tersukses di Eropa, dan sering dianggap sebagai trofi tingkat klub yang paling prestisius. Bagaimana sejarahnya hingga menarik sampai saat ini? Ini dia “sejarah Liga Champions”.



Final Liga Champions 1999 -final yang  sangat dramatis -


Kejuaraan antarklub Eropa diadakan tepat satu bulan setelah kongres pertama UEFA yang diselenggarakan di Wina tanggal 2 Maret 1955 saat itu disebut European Champions Clubs’ Cup biasa disingkat European Cup ternyata bukan merupakan inisiatif UEFA. (UEFA adalah asosiasi sepakbola negara-negara Eropa).

Ketika para pendiri UEFA lebih tertarik untuk menyelenggarakan kompetisi tim nasional, harian olahraga Prancis L’Equipe dan editornya Gabriel Hanot berinisiatif untuk menyelenggarakan kejuaraan klub-klub besar Eropa. Hanot beserta temannya Jacques Ferran, membuat rancangan untuk sebuah turnamen yang diselenggarakan setiap hari Rabu.

Turnamen yang diprakarsai L’Equipe ini tidak menetapkan partisipasi tim yang telah menjadi juara di negaranya, namun hanya mengundang klub-klub yang mempunyai dukungan fans yang besar. Diwakili 16 klub yang diundang pada pertemuan tanggal 2 dan 3 April 1955, peraturan L’Equipe pun disetujui. Pertandingan European Champions Club’s Cup yang pertama dimainkan di Lisbon saat Sporting Clube de Portugal ditahan imbang 3-3 oleh FK Partizan. Partizan menang di pertandingan kedua di Lisbon 5-2 sehingga lolos ke babak selanjutnya.

Real Madrid CF secara berturut-berturut menjadi juara setelah memenangkan lima final pertama. Hal yang sulit diulangi oleh klub manapun saat ini. Sejak itu, klub-klub lain menikmati gelar juara berturut-turut yang dilakukan Ajax Amsterdam dan Bayern Muenchen yang sama-sama meraih gelar juara tiga kali berturut-turut. Namun, tidak ada satu klub pun yang merasakan dominasi dalam waktu yang lama. Ajax menunggu 22 tahun untuk meraih gelar keempat melengkapi hat-trick yang dilakukan di awal 1970-an; Madrid juara pada 1998 yang pertama dalam 32 tahun; kemenangan adu penalti Bayern atas Milan pada 2001 mengakhiri penantian panjang 26 tahun untuk meraih gelar keempat.

Liverpool FC antara 1977 dan 1984 membuat klub-klub Inggris meraih tujuh gelar juara dengan tiga tim berbeda. Gelar Eropa The Reds kembali diraih pada 2005 saat mereka mengejar ketertinggalan 0-3 dari Milan menjadi kemenangan melalui adu penalti yang mungkin merupakan final yang sangat menarik dan sulit untuk dilupakan.

Real Madrid adalah tim tersukses dalam sejarah panjang Liga Champions dengan memenangkannya sebayak 9 kali, disusul AC Milan dengan 6 kali, Liverpool 5 kali, Bayern Muenchen dan Ajax Amsterdam 4 kali. Madrid pun memegang rekor sebagai tim yang paling banyak tampil di partai puncak yakni 12 kali. Milan musim 2002-2003 memenangkan gelar setelah melalui 19 pertandingan, dimulai dari kualifikasi ketiga sampai sukses mengalahkan Juventus melalui adu penalti di partai puncak.

Format Kompetisi

Sejak diselenggarakan pertama kali pada musim 1955-56 format Liga Champions sudah beberapa kali mengalami perubahan. Khusus untuk pertandingan final, tidak mengalami perubahan, selalu diadakan pertandingan tunggal di tempat yang telah ditentukan.

Format pertama, kompetisi diikuti oleh juara liga-liga lokal dan juara bertahan ajang ini. Bertanding home and away dengan sistem knock out. Tim yang unggul selisih gol berhak maju ke babak berikutnya.

Format dan namanya kemudian diganti pada musim 1992-93. Dari European Champions Clubs’ Cup menjadi UEFA Champions League. Saat itu kompetisi dibagi menjadi dua fase. Fase pertama pra-kualifikasi, diikuti tim-tim kecil. Yang lolos masuk putaran pertama dengan sistem gugur. Demikian juga di putaran kedua yang diisi 16 tim. Pemenangnya masuk fase grup yang dibagi menjadi 2 grup. Tiap-tiap juara grup langsung masuk final.

Semusim kemudian musim 1993-94 sistem yang sama masih diterapkan. Namun dari fase grup diambil dua tim terbaik untuk masuk semifinal. Di musim 1994-95 setelah kualifikasi diambil 16 tim yang dibagi dalam 4 grup. Dua tim terbaik masuk perempatfinal dengan sistem gugur.

Pada musim 1997-98, seusai kualifikasi, 24 tim di fase grup dibagi dalam 6 grup. Juara dan dua runner up terbaik ke perempatfinal. Sistem ini kembali berubah pada musim 1999-00.

Musim 1999-00 diberlakukan dua kali fase grup. Fase grup pertama diikuti 32 klub dibagi dalam 8 grup. Juara dan runner up grup masuk ke fase grup kedua yang dibagi dalam 4 grup, sedangkan peringkat ketiga ikut babak ketiga Piala UEFA. Dari fase grup kedua diambil 8 klub untuk masuk babak perempatfinal.

Diprotes karena terlalu banyak partai, akhirnya sejak 2003-04 hanya ada satu fase grup yang diikuti 32 tim. Juara dan runner up langsung lolos ke babak 16 besar dengan system gugur home and away, posisi ketiga ikut babak ketiga Piala UEFA, sedangkan posisi keempat tereliminasi. Sistem ini terus digunakan sampai saat ini.

Liga Champions saat ini menggunakan babak kualifikasi. Kualifikasi untuk Liga Champions ditentukan oleh posisi tim-tim di liga domestik dan melalui sistem kuota; negara-negara yang mempunyai liga domestik yang lebih kuat diberikan lebih banyak tempat. Klub yang bermain di liga domestik yang lebih kuat juga mulai ikut pada babak yang lebih akhir. Misalnya, tiga liga terkuat, menurut peringkat UEFA, akan melihat juara dan runner-upnya langsung masuk ke babak fase grup, dan peringkat ketiga dan keempat masuk pada babak kualifikasi ketiga. Ada pengecualian pada peraturan ini; juara bertahan Liga Champions lolos secara otomatis ke babak grup tanpa tergantung posisi akhirnya di liga domestik.

Perihal juara bertahan sempat menimbulkan polemik. Liverpool, juara musim 2004-05 hanya menempati peringkat ke-5 Liga Inggris. Berdasarkan aturan, seharusnya Liverpool lolos langsung sebagai juara bertahan. Namun UEFA memutuskan Liverpool harus mengikuti babak kualifikasi pertama. Untuk selanjutnya UEFA memutuskan setiap negara hanya boleh mengirimkan 4 wakil termasuk juara bertahan.

Serba-Serbi Liga Champions

Sudah 52 tahun Liga Champions diadakan. Tentunya berbagai kisah, baik yang menggembirakan maupun menyedihkan telah mewarnai perjalanan kompetisi tertinggi antarklub Eropa ini. Ini beberapa di antaranya:

· Real Madrid meraih gelar Liga Champions 5 kali berturut-turut sejak kejuaraan ini pertama kali diadakan musim 1955-56. Rekor yang sangat sulit diulangi sampai saat ini oleh tim manapun.

· 6 Februari 1958 merupakan hari yang tak akan pernah dilupakan fans Manchester United. Saat itu pesawat yang ditumpangi pemain dan ofisial Red Devils-usai berlaga melawan Red Star Belgrade di Beograd, Yugoslavia-tertimpa musibah. Kegagalan take off dari Bandara Muenchen membuat sebagian besar pemainnya tewas.

· Aston Villa meraih satu-satunya gelar Liga Champions pada musim 1981-82 dengan mengalahkan Bayern Muenchen. Hebatnya gol tunggal kemenangan The Villans dicetak oleh mantan pelatih timnas Indonesia, Peter Withe.

· 29 Mei 1985 tragedi kembali terjadi di Liga Champions saat final antara Liverpool dan Juventus diadakan di Stadion Heysel, Belgia. Suporter The Reds dan I Bianconeri bentrok fisik. Peristiwa yang dikenal dengan tragedi Heysel ini menyebabkan 39 orang - yang semuanya merupakan pendukung Juventus – tewas. Karena peristiwa ini UEFA melarang partisipasi klub-klub Inggris di ajang antarklub Eropa selama 5 tahun.

· Final 1998-99 yang mempertemukan Manchester United dan Bayern Muenchen di Stadion Camp Nou boleh dikatakan sebagai final paling dramatis. Ini bisa dikatakan sebagai tonggak kebangkitan klub-klub Inggris pascatragedi Heysel. Bagaimana tidak, saat itu tampaknya Bayern akan menang karena masih unggul 1-0 berkat gol yang dicetak Mario Basler pada menit ke-6. Tapi, pada menit pertama injury time, Teddy Sheringham membobol gawang Oliver Kahn, 1-1. Semenit kemudian, giliran Ole Gunnar Solkjaer mencetak gol, 2-1. Gelar juara hanya ditentukan 2 menit pertama masa injury time.

· Skor terbesar dalam sejarah Liga Champions adalah saat AS Monaco mempermalukan Deportivo La Coruna 8-3 musim 2003-04. Saat itu striker Dado Prso mencetak 4 gol. Sebelumnya pemain yang mencetak 4 gol dalam 1 partai adalah Marco van Basten (AC Milan, 1992) dan Simone Inzaghi (Lazio, 2002).

· Musim 2004-05 keajaiban dilakukan Liverpool di Stadion Kemal Attaturk, Istanbul saat menjamu AC Milan di partai puncak. Milan tampaknya akan menang mudah karena gol dari Paolo Maldini dan 2 gol dari Hernan Crespo membuat Milan unggul 0-3. Bahkan ada seorang fans Liverpool yang nekat bunuh diri karena hal itu. Ia pasti akan menyesal karena di babak kedua keajaiban terjadi. Gol Steven Gerrard, Vladimir Smicer, dan Xabi Alonso hanya dalam tempo waktu 6 menit membuat kedudukan sama kuat 3-3. Liverpool akhirnya meraih gelar kelimanya setelah memenangkan adu penalti 3-2.


Liga Champions Sekarang

Hadiah semakin besar
Sekarang setiap klub berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di ajang Liga Champions. Karena selain sarat gengsi dan prestise ajang ini juga menawarkan hadiah uang yang cukup besar.

Untuk musim 2006-07 saja, bagi tim yang sanggup mengangkat piala di Stadion Olympic Arena (AC Milan), tempat final Liga Champions digelar pada 23 Mei 2007, uang sebesar 67 juta pounds atau sekitar Rp1,55 trilyun boleh dibawa pulang. Angka ini meningkat 10 % dibanding musim sebelumnya. Liga Champions dapat menjadi tambang emas untuk mengisi kas keuangan klub. Analisis besaran uang itu dikeluarkan Guardian berdasarkan prediksi akumulasi dari hadiah UEFA, hak siar televisi, pendapatan sponsor, dan peningkatan penjualan merchandise.

Tentunya tak ada satu klub pun yang berani bermain setengah hati. Cukup lolos dari penyisihan grup saja, setiap klub bisa mengantongi lebih dari 5 juta euro atau sekitar Rp58 milyar dari bonus UEFA dan hak siar televisi.

Sarat kejutan
Besarnya hadiah yang ditawarkan Liga Champions membuat klub-klub underdog tergoda. Mereka juga ingin berprestasi di Liga Champions termasuk dengan menciptakan kejutan. Semangat yang membuncah dari klub-klub non-unggulan bisa menjadi sinyal merah bagi tim-tim mapan Eropa. Sejarah mencatat, Liga Champions terutama babak penyisihan grup itu seperi lotere. Tak ada jaminan bagi klub-klub unggulan untuk selalu lolos.

Sejak format babak utama Liga Champions diubah menjadi 32 besar pada 1999-00 pasti selalu ada tim unggulan yang bernasib nahas disingkirkan tim underdog di babak 32 besar. Milan pernah merasakan betapa sakitnya disingkirkan Hertha pada 1999-00. Semusim kemudian giliran Juventus merana karena ditelikung Panathinaikos. Musim 2005-06 giliran Manchester United gagal bersaing dengan Benfica dan Villareal di grup D. Bahkan Villareal melakukan kejutan besar dengan mencapai babak semifinal.

Musik Liga Champions
Musik yang mengiringi awal setiap siaran televisi kejuaraan ini digubah oleh Tony Britten, berdasarkan lagu gubahan George Frideric Handel yang berjudul Zadok the Priest, dan dibawakan oleh Chorus of the Academy of St. Martin in the Fields dan Royal Philharmonic Orchestra.

Liga Champions musim ini
Musim 2007-08 ini, Liga Champions telah memasuki babak perempatfinal. Fenomena terjadi saat Big Four Premier League: MU, Chelsea, Arsenal, dan Liverpool sanggup lolos ke perempatfinal. Di leg pertama pun terjadi kejutan saat Fenerbahce sanggup menjungkalkan Chelsea di Stadion Sukru Saracoglu. Siapakah tim yang sanggup menjadi juara di Moskow nanti? Liga Champions terkadang memang sulit ditebak.


Daftar Final Liga Champions

1955-1956 Real Madrid vs Reims 4-3
1956-1957 Real Madrid vs Fiorentina 2-0
1957-1958 Real Madrid vs Milan 3-2
1958-1959 Real Madrid vs Reims 2-0
1959-1960 Real Madrid vs Eintracht 7-3
1960-1961 Benfica vs Barcelona 3-2
1961-1962 Benfica vs Real Madrid 5-3
1962-1963 Milan vs Benfica 2-1
1963-1964 Inter Milan vs Real Madrid 3-1
1964-1965 Inter Milan vs Benfica 1-0
1965-1966 Real Madrid vs Partizan 2-1
1966-1967 Celtic vs Inter Milan 2-1
1967-1968 Man. United vs Benfica 4-1
1968-1969 Milan vs Ajax 4-1
1969-1970 Feyenoord vs Celtic 2-1
1970-1971 Ajax vs Panathinaikos 2-0
1971-1972 Ajax vs Inter Milan 2-0
1972-1973 Ajax vs Juventus 1-0
1973-1974 Bayern vs Atletico 4-0
1974-1975 Bayern vs Leeds 2-0
1975-1976 Bayern vs St Etienne 1-0
1976-1977 Liverpool vs Moenchengladbach 3-1
1977-1978 Liverpool vs Club Brugge 1-0
1978-1979 Nott. Forest vs Malmo 1-0
1979-1980 Nott. Forest vs Hamburg 1-0
1980-1981 Liverpool vs Real Madrid 1-0
1981-1982 Aston Villa vs Bayern 1-0
1982-1983 Hamburg vs Juventus 1-0
1983-1984 Roma vs Liverpool 1-1 (2-4)*
1984-1985 Juventus vs Liverpool 1-0
1985-1986 Steaua vs Barcelona 0-0 (2-0)*
1986-1987 Bayern vs Porto 1-2
1987-1988 PSV vs Benfica 0-0 (6-5)*
1988-1989 Steaua vs Milan 0-4
1989-1990 Milan vs Benfica 1-0
1990-1991 Red Star vs Marseille 0-0 (5-3)*
1991-1992 Sampdoria vs Barcelona 0-1
1992-1993 Marseille vs Milan 1-0
1993-1994 Milan vs Barcelona 4-0
1994-1995 Ajax vs Milan 1-0
1995-1996 Ajax vs Juventus 1-1 (2-4)*
1996-1997 Dortmund vs Juventus 3-1
1997-1998 Juventus vs Real Madrid 0-1
1998-1999 Man. United vs Bayern 2-1
1999-2000 Real Madrid vs Valencia 3-0
2000-2001 Bayern vs Valencia 1-1 (5-4)*
2001-2002 Leverkusen vs Real Madrid 1-2
2002-2003 Milan vs Juventus 0-0 (3-2)*
2003-2004 Porto vs Monaco 3-0
2004-2005 Milan vs Liverpool 3-3 (2-3)*
2005-2006 Barcelona vs Arsenal 2-1
2006-2007 Milan vs Liverpool 2-1
* Juara lewat adu penalti

Rekapitulasi Juara
Berdasarkan klub
9- Real Madrid (Spanyol)
7- AC Milan (Italia)
5- Liverpool (Inggris)
4- Ajax Amsterdam (Belanda), Bayern Muenchen (Jerman)
2- Porto, Benfica (Portugal), Barcelona (Spanyol), Inter Milan, Juventus (Italia), Manchester United, Nottingham Forest (Inggris)
1- Aston Villa (Inggris), Glasgow Celtic (Skotlandia), Red Star Beograd (Serbia), Borussia Dortmund, Hamburg SV (Jerman), Feyenoord, PSV Eindhoven (Belanda), Olympique Marseille (Prancis), Steaua Bucharest (Rumania)

Berdasarkan Negara
11- Spanyol , Italia
10- Inggris
6- Jerman , Belanda
4- Portugal
1- Skotlandia , Serbia , Prancis , Rumania

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Tahun 2024 Tahunnya Inter Milan dan Persib Bandung

Tahun 2024 ini menjadi tahun yang gemilang untuk dua klub favorit saya, Inter Milan dan Persib Bandung. Betapa tidak, kedua klub yang identi...