Siapa yang tak kenal Bambang
Pamungkas. Dialah kapten timnas Indonesia saat ini (s.d tahun 2012 - ed). Pria kelahiran Getas ini
juga memegang jumlah gol dan penampilan terbanyak untuk Timnas. Dedikasinya
untuk Tim Garuda sudah tak terhitung banyaknya.
Demi Tim Nasional, Bepe – sapaan
akrab Bambang – sampai mengabaikan konflik yang terjadi di pesepakbolaan
nasional, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Komite Penyelamat
Sepakbola Indonesia (KPSI). Baginya, timnas hanya satu, Indonesia, bukan PSSI
atau KPSI. Padahal KPSI dan klubnya Persija, melarang dia untuk membela Timnas
versi PSSI. Namun bagi Bepe, kepentingan nasional di atas segalanya.
Namun tentu saja tak semua orang
mengidolakan Bepe. Ada juga yang tidak menyukainya. Salah satunya mungkin fans
Persib Bandung, Bobotoh. Yah, bukan rahasia lagi kalau hubungan antara
pendukung Persib dan Persija ini tak terlalu harmonis. Maka bisa jadi sebagai
bobotoh banyak yang kurang menyukai Bepe.
“Bepe lagi, Bepe
lagi. Apa tidak ada pemain lain apa yang lebih bagus?” Yah mungkin itu salah
satu nada sumbang mengenai Bepe.
Semula aku juga sempat berpikir
begitu. Namun begitu aku berselancar ke blognya, www.bambangpamungkas20.com
semua pikiran jelek tentangnya berubah. Ya, ternyata selain piawai di lapangan
hijau, Bepe pun pandai menulis. Aku merasa jarang-jarang ada yang bisa seperti
ini.
Dan kekagumanku pada Bepe bertambah
ketika aku tahu dia adalah seorang Interisti, atau fans Inter Milan, sama
sepertiku. Wow, ikon tim nasional adalah seorang Interisti. Luar biasa sekali.
Bahkan Bepe juga terlihat sangat senang mendukung Nerazzurri lewat kicauannya
di Twitter, @bepe20.
Suatu waktu, aku diajak oleh rekan
Interisti, Krome untuk membuat Majalah Inter. Majalah Interina namanya. Jadi
majalah ini membahas mengenai Inter dan diterbitkan via online. Krome yang
mengenalku via blog pun mengajakku berpartisipasi. Tentu saja aku tertarik.
Apalagi ini ada hubungannya dengan keahlianku menulis. Apalagi menulis tentang
klub idolaku, Inter Milan.
Entah ide darimana, aku pun mengajak
Bepe untuk menulis di majalah Interina. Aku mengajak dia lewat Twitter. Saat
itu, tahun 2010, follower Bepe baru sekitar 80ribu. Belum 3 juta follower
seperti sekarang. Aku pun saat itu sedang magang di Tabloid Soccer. Namun Bepe
tentunya tak tahu aku sebagai wartawan atau apa. Yah baru kali itu mention.
18 Februari 2010
di Twitter
@luzman_karami: mas @bepe20 kalo mau nyumbang tulisan ttg inter bwt majalah
interina tinggal hubungi aja @kromesikram
Ternyata Bepe
membalas mention-ku. Wow mantap sekali:
Yah seperti
itulah kira-kira awal perkenalanku dengan seorang Bambang Pamungkas. Bukan
karena Persib, Timnas Indonesia, atau Persija. Tapi karena Internazionale FC.
Inter telah menyatukan kita. Bukan klub dalam negeri, tapi klub ini begitu
spesial bagi sosok yang bisa dikatakan sebagai legenda Indonesia. Aku dan dia
seorang Interisti.
Bepe pun menepati janjinya. Dia ikut
menulis di majalah Interina. Memang tidak dikirimkan langsung, namun di menulis
di blognya. Namun karena memang setelah aku dan dia ngobrol di Twitter, aku
rasa itulah tulisan dia yang akan dia kirimkan untuk majalah Interina. Tulisan
Bepe pun nongol di Interina edisi 5, judulnya: Interista Sejati Sejak 1990.
Dari tulisan itu, aku menarik
kesimpulan awal mula Bepe menyukai Inter karena warna seragam ini yakni biru
hitam. Pada akhirnya
dia pun memutuskan untuk menjadi suporter sejati klub ini.
“Ketika Inter
terseok-seok dan hanya menjadi klub medioker yang susah menjadi juara, saya
sama sekali tidak khawatir. Ketika bintang-bintang top silih berganti pergi
meninggalkan Inter, saya juga kurang begitu menghiraukannya ....”
“Saya akan
selalu mendukung Inter Milan, dengan siapapun pemainnya dan siapapun
pelatihnya, serta apapun prestasinya.”
“Saya memang
Interista sejati, dan saya akan sedih jika Inter Milan kalah dalam suatu
pertandingan. Akan tetapi jauh di dalam lubuk hati saya, saya akan merasa lebih
sedih jika Persija Jakarta yang kalah tanding, dan akan jauh lebih sedih lagi
jika Tim Nasional Indonesia yang kalah dalam pertempuran.”
Untaian kata yang sungguh bijak dari
seorang Bambang Pamungkas. Walau bagaimanapun Inter adalah tim luar. Kita
tinggal di Indonesia, tetap harus mencintai sepakbola nasional dan tetap
mendukung negara kita sendiri.
Sama halnya dengan Bepe, aku akan
terus mendukung Inter , apa pun yang terjadi pada klub ini. Sebab lewat Inter,
aku mendapat banyak teman-teman luar biasa, baik dari fans klub Inter Club
Indonesia (ICI), maupun Bandung Nerazzurra (BN). Menang atau kalah Inter
tentunya tak akan mempengaruhi kehidupan kita. Yang pastinya, aku mendapat
banyak teman dan juga saudara baru.
Dan satu hal yang pasti, berkat
sebuah tim yang bernama Inter, aku bisa begitu dekat dengan sosok legenda yang
bernama Bambang Pamungkas.
Saat sering mention seperti itu, aku
mengecek follower-ku. Wow Bepe memfollow balik aku. Wah betapa senangnya,
difollow seorang Bepe. Dia bahkan sering membalas mention-ku yang masuk. Saat
dia ultah, aku memberi ucapan selamat padanya. Dan dia membalas dengan
mengirimkan gambar kue ulang tahun Inter. Mantap.
Bahkan aku ingat, sempat menulis di
Twitter. “Sekarang tidur dulu ah, siap-siap nanti malam nonton Inter.” Dan Bepe
membalas, “Main jam berapa mas?” Terang saja setiap dibalas seperti itu,
mention di Twitter ku langsung banjir. Karena Bepe memang memiliki jutaan
follower.
Pertemuan Pertama
Ibarat cinta
yang dipertemukan lewat dunia maya, tentunya ada yang namanya pertemuan pertama
begitu halnya dengan aku dan Bambang Pamungkas. Tapi jangan sangka kita homo
ya. Bepe sudah punya istri dan anak kok, jadinya tidak mungkin aku homo dengan
dia. Hehe
Sebagai suporter, tentunya tak asing
menyaksikan Bepe di layar kaca maupun di lapangan hijau. Tapi mungkin untuk
bertemu langsung atau bertatap muka tak semua orang bisa merasakannya. Dan aku
adalah salah satu yang beruntung itu. Apalagi kalau bukan dengan mengandalkan
profesiku sebagai seorang wartawan.
Bepe sendiri dikenal sebagai sosok
yang jarang berbicara kepada media. Entah mengapa setiap ada wartawan yang
hendak bertanya kepadanya, dia lebih sering menghindar. Bepe lebih sering
update melalui Twitter ataupun blog pribadinya.
Kesempatan pertama bertemu dengan
Bepe terjadi saat tahun 2011, saat aku meliput Timnas menjelang persiapan
melawan Turkmenistan. Saat itu, Timnas secara mengejutkan menunjuk pelatih
baru, Wim Rijsbergen. Padahal, Alfred Riedl tergolong berhasil mengangkat
performa Timnas.
Konpers di hotel saat itu dibuka
oleh Rijsbergen dan juga Rahmad Darmawan sebagai asisten. Juga ada Irfan
Bachdim yang ikut berbicara. Setelah konpers itu aku melihat sosok Bepe sedang
makan di hotel tempat konpers itu.
Bepe makan bersama Firman Utina dan
rekan-rekan Timnas. Aku hendak menyapanya, tapi entah mengapa timbul rasa
segan. Apalagi ada wartawan salah satu televisi swasta justru mendekati mereka.
Aku takut mengganggu makan siang mereka. Ya sudah, alhasil saat itu aku hanya
foto bersama Rijsbergen dan Rahmad Darmawan.
Kesempatan bertemu Bepe akhirnya
terjadi tahun 2012. Aku masih menjadi wartawan di VIVAnews. Ada konferensi pers
yang dihadiri Bepe dan Ponaryo Astaman di sebuah cafe di Jakarta. Di sini
kapasitas Bepe adalah sebagai Wakil Presiden Asosiasi Pemain Profesional
Indonesia (APPI). Sedangkan Ponaryo menjabat sebagai Presiden.
Dalam konpers tersebut, Bepe dan
Ponaryo berbicara mengenai pemain ISL dan juga IPL yang tak kunjung menerima
gaji. Dalam kapasitasnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden APPI, mereka juga
mengumumkan siapa saja klub yang sudah melunasi pembayaran gaji klub dan juga
yang masih menunggak. Mungkin hanya dalam konpers seperti ini Bepe mau
berbicara.
Akhirnya konpers selesai dan seperti
biasa wartawan melakukan doorstop atau tanya jawab langsung kepada yang
bersangkutan. Beberapa menghampiri Bepe yang mengenakan jas saat itu. Aku coba
menghampiri.
Dalam pikiranku, tak mungkin yah
seorang Bepe mengenalku. Apalagi pembicaraan kita hanya melalui jejaring
sosial. Tapi nyatanya justru dia duluan yang menyapaku. Ini ciyus loh.
“Hei, sampeyan
Bobotoh, pendukung Persib ya?” kata Bepe.
“Hehe.. iya,
sering ngobrol kan yah kita di Twitter,” kataku tersipu malu.
“Iya nih, gimana
apa kabar?”
“Baik baik mas,”
kataku.
Wow, it’s amazing. Ternyata Bepe
mengenalku. Mungkin di Twitter dia agak kepo – kelakuan polisi – juga.
Melihat-lihat Timeline ku dan juga melihat fotoku. Bisa tahu juga wajahku kan.
Aku juga bertanya padanya, “Mas, di
Euro nanti dukung mana?”
Ini pertanyaan titipan dari Bos.
Waktu itu memang menjelang Euro. Jadi Bos menitip aku untuk bertanya pada
pemain yang hadir mendukung tim mana di ajang paling bergengsi antar negara Eropa
itu.
“Wah Euro? Dukung mana ya? Aku sih
ga dukung siapa-siapa. Aku dukungnya Argentina gimana dong,”
“Loh Argentina
kan ga ikut Euro,” kataku.
Hahaaa.. Bepe memang kocak. Sejago
apa pun Argentina memang tak mungkin berpartisipasi di Euro atau Piala Eropa
sebab ini hanya untuk negara-negara di Benua Eropa. Jelas omongan ngawur Bepe
ini tidak bisa dibuat berita. Tapi Alhamdulillah aku dapat jawaban dari pemain
lain yakni Ponaryo Astaman, Robbie Gaspar,dan Bima Sakti.
Akhirnya setelah konpers selesai aku
pun meminta untuk berfoto dengan Bepe.
“Mas, sesama Interisti foto dulu
dong,” kataku.
Bepe pun melayani permintaanku. Dan
jepret. Ini dia fotonya.
Gantengan mana
nih? Hhe. Walaupun Persija dan Persib bermusuhan. Namun Inter telah menyatukan
kami.
Yup, begitulah sepakbola. Semua bisa
menjadi positif ataupun negatif tergantung dari diri kita masing-masing.
Terlalu fanatik terhadap klub kesayangan bisa menimbulkan sikap anarkis. Namun
jika sebaliknya, bisa menambah saudara. Bahkan seperti aku berkat sepakbola aku
bisa menjadi wartawan sepakbola dan bertemu pemain idola. Bukan hanya bertemu,
tapi sudah sering ngobrol.
Sekarang Bepe
jarang membalas mention-ku. Mungkin karena mention sekarang sudah semakin
banyak jadi tidak terbaca. Mungkin karena sibuk. Ya aku sih husnudzon saja.
Semoga dia bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia, dan jadi kebanggaan
Indonesia dan Interisti tentunya.
Bepe memang
belum memberikan gelar untuk Indonesia. Namun pengorbanannya untuk negeri ini
patut diacungi jempol.
Sebagai penutup ini kata-kata
mujarab dari Bambang Pamungkas:
“Jangan pernah
berhenti bermimpi karena mungkin suatu saat nanti mimpi kalian akan menjadi
kenyataan.”
Forza Inter!
Forza Indonesia! Forza @bepe20!
Jakarta
28, November 2012
Jelang
Indonesia vs Singapura di Piala AFF 2012