Sabtu, 13 Maret 2010

Cacau: Mantan Pedagang Asongan


Box Playmaker Cacau

Box 1: Mantan Pedagang Asongan
Sebelum mengadu nasib ke Jerman, Cacau sangat akrab dengan kemiskinan. Dia tidak berasal dari keluarga berada. Menurut dia, uang adalah sesuatu yang langka dalam kehidupan mereka. Dia bahkan sempat menjadi pedagang asongan, berjualan minuman kaleng di pinggir jalan.

"Saat Natal dan Tahun Baru, banyak mobil yang menuju pantai melewati kampungku. Itu membuat kemacetan yang sangat parah. Bayangkan, deretan mobil yang terjebak macet bisa mencapai 45 km. Berjualan minuman jelas bisnis yang bagus," kisah Cacau.

Kesulitan itu dipahami betul oleh sang ibu. Melihat Cacau bersama kedua saudaranya, Ademir dan Vladimir, sering bermain bola di jalanan, dia menyuruhnya menjadi pemain profesional. "Ibuku bilang aku harus menjadi pemain sepak bola. Hanya dengan itu aku bisa mendapatkan banyak uang," aku Cacau.

Tetapi itu ternyata tidak mudah. Cacau sempat ditolak Palmeiras saat berumur 16 tahun. Pelatih klub itu menilainya tak begitu istimewa. Namun, dia tak patah semangat. Dia selalu berdoa dan berusaha. Pada akhirnya, Tuhan menjawab permohonannya.

Lewat perantaraan Osmar de Oliveira Moreira, sepupu pelatihnya, Mogi das Cruzes, Tuhan membimbing Cacau. Osmar adalah penyanyi sekaligus pendiri band Tuque Samba Brasil yang berada di Jerman. Dialah yang lantas membawa Cacau ke Jerman.

Cacau lantas bergabung dengan klub Divisi V, Turk Gugu Muenchen, lalu pindah ke tim amatir 1 FC Nuernberg. Performanya membuat Klaus Augenthaler, pelatih tim senior Nuernberg terpikat. Cacau lantas dikontrak dengan gaji 2.500 euro (Rp 31,4 juta). Sejak saat itulah uang tak jadi menjadi barang langka baginya. (Luzman)

Box 2: Gara-gara Salah Sebut
Bagaimana bisa Claudemir Jeronimo Barreto dipanggil Cacau? Itulah pertanyaan yang berkecamuk di benak banyak orang. Salah besar jika ada yang menganggap itu dikarenakan Cacau suka makan cokelat. Menurut pengakuannya kepada Majalah So Foot, itu terjadi gara-gara sebuah insiden yang terjadi pada perayaan ulang tahun keduanya.

"Di Brasil, kami biasa bernyanyi ketika merayakan ulang tahun. Nah, saat berumur dua tahun, aku harus menyanyikan nama asliku, Claudemir. Tapi aku tak bisa melafalkannya dengan baik. Malah Cacaudemir yang keluar dari mulutku. Sejak saat itulah ibuku dan teman-temanku selalu memanggilku Cacau," kisah dia.

Kini, nama itu bakal terpatri dalam buku sejarah timnas Jerman. Pasalnya, dia menjadi pemain pertama yang menggunakan nama panggilan di kostumnya. (Luzman)

dimuat di rubrik Playmaker Tabloid Soccer Edisi 37/X, 13 Maret 2010




3 komentar:

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Tahun 2024 Tahunnya Inter Milan dan Persib Bandung

Tahun 2024 ini menjadi tahun yang gemilang untuk dua klub favorit saya, Inter Milan dan Persib Bandung. Betapa tidak, kedua klub yang identi...