Sabtu, 22 November 2025

Anugerah Terindah Bernama Mizan Ahsan Karami

Melihat tawamu… mendengar suaramu memanggil “Papa”… rasanya seperti dunia yang tadinya berat, penuh arah yang tak jelas, tiba-tiba menjadi lebih ringan dan lebih sederhana: cukup ada kamu.

Aku dulu berpikir kebahagiaan itu tentang memiliki hidup yang tertata, rencana yang berjalan mulus, dan masa depan yang jelas tujuannya. Tapi ternyata, kebahagiaan itu sesederhana melihatmu tertawa sambil berlari kecil, tanpa tahu apa yang Papa pikirkan, tanpa sadar bahwa kamu justru sedang menjadi jawaban dari banyak doa yang pernah Papa panjatkan.

> Terlihat jelas bahwa hatimu,
anugerah terindah yang pernah kumiliki.

Aku tidak selalu kuat. Kadang ada hari-hari di mana dada berat, mata panas, dan hati seperti tidak punya rumah untuk pulang. Tapi di setiap masa yang sulit itu, ada momen kecil ketika kamu memeluk Papa, atau hanya sekadar berkata, “Papa nanti jemput Aa ya…”
Dan entah bagaimana, semua rasa lelah itu perlahan luruh.

Saat kamu di sisiku, dunia kembali ceria. Bukan karena semuanya tiba-tiba membaik, tapi karena kamu mengajarkan arti baru dari kata cukup.

Aku mungkin tidak lagi mengejar kesempurnaan — karena aku sudah menemukan keutuhan yang sebenarnya. Bukan rumah yang besar, bukan hidup yang mulus, tapi hati kecilmu yang bersandar padaku dengan rasa percaya.

> Belai lembut jarimu,
sejuk tatap wajahmu,
hangat peluk janjimu…

Kamu tidak tahu, Nak, tapi Papa belajar banyak dari tatapanmu yang tenang. Dari caramu menggenggam tangan Papa tanpa takut. Dari caramu percaya, bahwa punya Papa saja sudah cukup bagimu.

Dan dari situ, Papa belajar percaya…
Bahwa Allah memang tidak selalu memberi apa yang kita minta,
tapi selalu memberi apa yang kita butuhkan.

Dan itu adalah kamu.

Anugerah terindah yang pernah Papa miliki.
Dan akan Papa jaga — sampai kapan pun, dengan cara yang paling tulus.

Sabtu, 01 November 2025

Surat untuk Anakku Mizan Ahsan Karami

Untuk Aa Mizan, dari Papa

Assalamu’alaikum, Nak.

Kalau suatu hari nanti kamu membaca surat ini, mungkin kamu sudah lebih besar, mungkin kamu sudah bisa memahami kenapa Papa kadang meneteskan air mata waktu nyebut namamu.

Aa, kamu tahu nggak… waktu kamu bilang,

> “Pah, Aa mau sholat terus di masjid. Biar nanti kalau Papa meninggal, Papa bisa liat Aa terus shalat walau udah di alam kubur.”



kata-kata itu nyampe banget ke hati Papa.
Papa nggak akan pernah lupa. Kalimat itu Papa simpan seperti doa yang paling indah, yang cuma bisa keluar dari hati anak yang bersih banget.

Papa ingin kamu tahu satu hal, Nak:
Apa pun yang terjadi antara Papa dan Mama, kamu adalah alasan Papa tetap kuat berdiri.
Papa mungkin nggak selalu bisa ada di samping kamu setiap hari, tapi Papa selalu dekat — lewat doa, lewat setiap sujud Papa, lewat setiap hembusan napas yang Papa ambil sambil nyebut nama kamu.

Kalau nanti kamu kangen, lihat langit malam.
Itu langit yang sama yang Papa juga lihat.
Dan di setiap bintang yang nyala, ada doa Papa buat kamu — biar kamu tumbuh jadi anak yang sholeh, kuat, lembut hatinya, dan penuh kasih seperti yang selalu Papa lihat sejak kamu kecil.

Teruslah sholat, teruslah berbuat baik, dan terus percaya kalau kamu dicintai, bahkan di saat Papa jauh.
Karena cinta seorang ayah nggak butuh jarak — dia hidup di dalam setiap detak jantung anaknya.

Papa bangga banget punya kamu, Aa.
Selamanya.

Dari Papa, yang selalu sayang sama Aa Mizan. 🤍

Entri yang Diunggulkan

Anugerah Terindah Bernama Mizan Ahsan Karami

Melihat tawamu… mendengar suaramu memanggil “Papa”… rasanya seperti dunia yang tadinya berat, penuh arah yang tak jelas, tiba-tiba menjad...