Sabtu, 11 Agustus 2012

Kedigdayaan China di Olimpiade

SOROT  BAGIAN 1
SOROT 200

Kedigdayaan China di Olimpiade

Atlit China berlatih super keras. Emas adalah tujuan hidup.
Jum'at, 10 Agustus 2012, 20:51 WIB
Luzman Rifqi Karami
Zou Kai, pesenam belia China yang berhasil menyabet tiga medali. (REUTERS/Mike Blake)

VIVAnews— Bocah itu meringis hingga matanya tampak segaris. Tubuhnya ditekuk ke belakang, lalu bak karet, dia melenting ke depan. Kakinya dibentangkan rata dengan lantai. Di satu tiang, ada rekannya bergelantungan. Tubuh para bocah, usia 4 sampai 7 tahun itu, berayun-ayun. Di bagian lain, ada bocah terlentang di lantai. Kakinya dilipat ke depan, hingga betisnya menyentuh pipi.
Di sebuah gymnastic hall di Zhe Jiang, salah satu provinsi China, para bocah itu dididik keras. Kadang terdengar mereka menangis. Cara mereka berlatih, mengingatkan orang pada kerasnya latihan kungfu di biara Shaolin. Pagi malam hari pun mereka masih bertelanjang dada di sanggar itu. Berdiri dengan dua tangan. Kepala terjungkir, dan kaki menjulang.
Setiap tahun, lebih dari 30 anak berlatih dengan keras di sana.
Seorang pelatih, dia dipanggil “Paman” Xia, mengawasi anak-anak itu. Bak seorang guru kungfu, dia membenarkan semua gerakan. Yang salah dihukum dengan berdiri terbalik tadi. Sanggar senam di Zhe Jiang itu,  barangkali menjadi jendela bagi siapa saja yang hendak melongok cara China menggembleng para atletnya. Disiplinnya keras. Mereka kadang berlatih sampai batas tak tertanggungkan.
Dengan latihan segila itu, China pun memukau dunia. Pada Olimpiade 2012 di London sekarang ini, misalnya, para atlet senam China menyabet 12 medali: 5 emas, 4 perak, dan 3 perunggu.
Zou Kai, pesenam belia China, menyabet tiga medali. Dua emas di nomor lantai dan tim, serta satu perunggu untuk palang tunggal. Di nomor palang tunggal itu, Zou gagal meraih emas. Dia tak semujur di Olimpiade Beijing 2008. Meksi begitu, China tetap bangga. Zou menyumbangkan lima emas bagi negeri itu.
Atlet China tak hanya berjaya di senam. Di cabang renang, mereka sangat handal. Seorang pelatih renang asal Inggris di China menulis di Guardian: “Atlet China berlatih sangat keras. Lebih keras dibandingkan yang bisa saya tulis dengan kata-kata,” ujarnya di harian terbitan Inggris itu. Dia telah membawa  perenang di lima tim Olimpiade berbeda, tapi dia tak pernah melihat atlet berlatih seperti di China di mana pun di dunia.
 “Mereka sangat bernafsu dan bekerja keras. Mereka bisa menahan rasa sakit lebih lama dibandingkan atlet-atlet barat. Mereka dijamin akan datang dalam setiap waktu latihan dan memberikan segalanya. Mereka sangat bangga dengan negaranya. Mereka bangga mewakili China dan memiliki mentalitas untuk fokus sebagai tim,” dia menambahkan.
Di Olimpiade 2012, para atlet renang China tampil gemilang. Mereka menggondol 10 medali: 5 emas, 2 perak, dan 3 perunggu.
Seorang atlet renang China, Ye Shiwen, punya kisah bagaimana dia ditabalkan menjadi atlet nasional. Suatu kali, guru di sekolah Shiwen melihat dia berbakat menjadi perenang. Telapak tangan dan kakinya lebih lebar dari anak-anak lain. Pihak sekolah lalu memasukkan Shiwen ke sekolah renang.
Sepanjang hari, dia dicekoki iman baru: medali emas sebagai tujuan hidup. Medali emas bagi negeri China itu, adalah semacam nasib bagi hidupnya. Sejak itu, dia hidup dalam pengawasan latihan ketat, bak  robot yang siap diprogram meraih medali untuk negaranya. Gadis 16 tahun itu berlatih 16 jam per hari.
Hasilnya Shiwen menyikat medali emas di nomor gaya ganti perorangan 200 dan 400 meter. Dia juga membuat heboh Aquatics Centre. Medali emas di nomor gaya bebas 400 meter itu sekaligus mencatat rekor dunia baru, dengan waktu 4:28:43 menit. Dia lebih cepat 0,07 detik dari atlet Ryan Lochte di 50 meter terakhir.
Saat berlaga di nomor 200 meter, Shiwen bahkan tetap memukau. Di 50 meter terakhir,  di mengiris rekor baru pula. Dara berpostur 172 sentimeter itu mencatatkan waktu 29,75 detik. Dia mematahkan torehan waktu jawara AS, Michael Phelps, di babak final putra. (Baca juga Perenang Putri ABG Peraih Emas Olimpiade)
Barangkali, karena kedahsyatan Shiwen itu, ada isu tak enak. Dia dikira memakai doping. Direktur Eksekutif Asosiasi Pelatih Renang Dunia, John Leonard, misalnya, mengatakan dalam catatan sejarah olahraga, setiap kali ada perolehan fantastis pasti berujung kasus doping. Shiwen jelas tersinggung dengan dugaan ini.
“Pelatih itu tidak profesional. Jika perenang asing meraih hasil ini, maka mereka mengatakannya keajaiban. Tapi, saya tak terpengaruh tuduhan itu,” ujar Shiwen kepada kantor berita Xinhua.
Mungkin tuduhan Leonard itu agak ngawur. Soalnya, prestasi serupa juga diraih oleh Sun Yang. Atlet renang China ini menggondol dua emas di nomor gaya bebas 400 meter dan 1.500 meter putra. Di nomor gaya bebas 1.500 meter, pemuda Hangzhou berusia 20 tahun itu, mencatatkan rekor baru: 14 menit 31,02 detik.
Lalu, apa rahasia atlet China di cabang olahraga lain? Pelatih kepala tim tenis meja China, Shi Zhihao mengatakan kunci sukses mereka di latihan keras. "Pemain China berlatih 3-4 jam setiap hari, sedangkan pemain Eropa cuma 1-1,5 jam saja,” kata Shi kepada Reuters.
Zhihao tak sekadar sesumbar. Di cabang tenis meja, China menyapu bersih medali emas. Negeri Tirai Bambu menyabet 4 medali emas dari 4 sektor dipertandingkan. Di tunggal putra, dan tunggal putrid, sesama atlet China justru bertemu di final. Zhang Jike merebut emas dari tunggal putra, sedangkan Li Xiaoxia meraih emas untuk tunggal putri. China juga berjaya di beregu putri dan putra.
Di bulutangkis, satu cabang yang memang dikuasi China sejak lama, latihan keras juga menjadi standar. Pemain berbakat direkrut sejak dini, sejak umur 4 tahun, mereka dididik keras. Negara menyokong biaya, dan menyediakan pelatih. Mereka diajar menguasai lapangan, mengatur kekuatan dan serangan. Psikologi permainan dipelajari, juga stamina. Setiap hari, mereka berlari keliling lapangan bulutangkis selama 4 jam.
Buktinya terlihat di London. Saat Indonesia gagal menggaet satu pun medali di bulutangkis, China menyapu bersih emas. Babak pertarungan pamungkas adalah di ganda putra Cai Yun/Fu Haifeng, yang berhasil mengalahkan atlet Denmark, Mathias Boe/Carsten Morgensen dengan 21-16, 21-15.
Sebelumnya, tunggal putra nomor satu dunia Lin Dan juga menyabet emas setelah menundukkan pebulutangkis Malaysia, Lee Chong Wei dengan 15-21, 21-10, 19-21. Sehari sebelumnya, tunggal putri China, Li Xuerui dan pasangan ganda putri China, Tian Qing/Zhao Yunlei sukses merenggut emas. Di ganda campuran, Nan Zhang/Yunlei Zhao melengkapi kedigdayaan China. (Baca juga “China Sapu Bersih Emas Bulutangkis).

Bukan instan
Jalan China berjaya di olahraga tak semudah membalik telapak tangan. Ikut pertama kali di Olimpiade Helsinki 1952, China pulang dengan tangan kosong. China juga sempat dilanda kemelut politik, dan absen lama sampai Olimpiade 1984 di Los Angeles, Amerika Serikat. Baru di Los Angeles, China meraih 15 emas. Tapi itu dicapai saat Uni Soviet dan Jerman Timur memboikot olimpiade.
Di Olimpiade 1988 Seoul, prestasi China anjlok. Mereka hanya sanggup meraih 11 emas, dan bertengger di posisi ke 11. Sejak itu, China melakukan koreksi.  Mereka menargetkan emas di tiap olimpiade. Sejak terpuruk di Seoul itu, Beijing menggelontorkan dana sebesar $260 juta, atau setara Rp2,46 triliun untuk program olahraga, seperti dilansir factsanddetails.com.
Lalu, ratusan juta dolar itu dihabiskan membangun akademi olahraga, mencari pemandu bakat, psikolog, pelatih asing, serta teknologi dan ilmu pengetahuan terbaru. Cabang olah raga andalan China, seperti menembak, senam, renang, dayung, dan atletik mendapat perhatian besar.
Hasilnya tak sia-sia. Pada Olimpiade 1992 Barcelona, China melesat ke posisi 4,  dengan 16 emas, di bawah Uni Soviet (45 emas), AS (37 emas) dan Jerman (33 emas). Sejak itu, China merangkak naik. Di Olimpiade 1996 Atlanta, China bertahan di posisi 4 (16 emas). Di Sydney, naik ke peringkat 3,  dengan 28 emas, 16 perak, dan 14 perunggu.
Taring China mulai terlihat di Olimpiade Athena 2004. Mereka berhasil menggeser Rusia, sebagai runner-up. China mendapat 32 emas, di bawah AS sebagai juara umum dengan 36 emas. Pada 2008, sebagai tuan rumah olimpiade, China melesat menjadi juara umum.
Latihan keras itu pun berbuah manis. Menggabungkan gaya modern dan tradisional, plus pendekatan keras gaya komunisme era Soviet, China berhasil membentuk atlit mereka. Sistem Soviet itu kini pelan-pelan ditinggalkan.
Soalnya,  kebijakan satu anak tiap keluarga membuat orang tua enggan menyerahkan anak mereka ke pemerintah. Apalagi, jika usai berlatih, tak dibekali keterampilan.
Itu sebabnya, China kini mencoba seperti Amerika Serikat, yang mengawinkan olahraga dengan pendidikan di kampus.  Meskipun belum sepenuhnya berhasil, tapi cara ini sedang dikembangkan. Tapi toh, cara tradisional otoriter itu masih tetap dipakai, apalagi jurus itu terbukti sukses hari ini.
Di Gymnasium di Nanning, misalnya, ada tulisan kata “Emas” tercetak di dinding tempat latihan. Setiap hari para atlit senam yang menekuk tubuhnya sampai batas tak tertanggungkan itu, harus mengingatnya: bahwa takdir hidup mereka adalah menjadi terbaik di dunia. (np)

Sorot Infografik: Mendulang Medali

SOROT 199

Infografik: Mendulang Medali

Jum'at, 3 Agustus 2012, 23:36 WIBLuzman Rifqi Karami
SOROT 199        Naskah : Luzman Rifqi K      Grafis : Faddy Ravydera Montery

http://sorot.news.viva.co.id/news/read/341584-infografik--mendulang-medali





VIVAnews – Sebanyak 22 atlet Indonesia berpartisipasi di cabang Olimpiade 2012 London. Indonesia berharap bisa mempertahankan tradisi emas di multievent empat tahunan ini. Tercatat sejak Olimpiade 1992 di Barcelona, Indonesia tak pernah absen meraih medali emas.
Raihan medali pertama diraih Eko Yuli Irawan di cabang angkat besi kelas 62 kg putra. Sehari kemudian, giliran Triyatno yang sukses menyumbangkan perak, juga di cabang angkat besi, kelas 69 kg putra.
Tentunya raihan medali dua atlet itu menjadi pemicu atlet-atlet lainnya untuk menyumbangkan berbagai medali untuk Indonesia.
Profil tim Indonesia di Olimpiade 2012
Jumlah partisipan: 22 atlet dari 8 cabang olahraga.
Rincian per cabang:
9 atlet bulutangkis
 6 angkat besi,
2 atletik,
1 atlet anggar,
 1 atlet panahan,
1 atlet menembak,
1 atlet judo,
1 atlet renang.
Bulutangkis: Adrianti Firdasari, Taufik Hidayat, Simon Santoso, Bona Septano/Mohammad Ahsan, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Meiliana Jauhari/Greysia Polii
Angkat besi: Deni, Irawan Eko Yuli, Citra Febrianti,Hasbi Muhamad,Jadi Setiadi, Triyatno
Atletik: Fernando Lumain,  Triyaningsih
Menembak: Diaz Kusumawardani
Panahan: Ika Yuliana Rochmawati
Anggar: Diah Permatasari
Renang: I Gede Sudartawa
Judo: Putu Wiradamungga
Indonesia dari Olimpiade ke Olimpiade
1952 Helsinki: Partisipasi pertama Indonesia di Olimpiade.
1956 Melbourne: Satu-satunya partisipasi Indonesia di cabang sepakbola putra. Tim Merah Putih melaju ke perempat final. Sempat menahan imbang 0-0 Uni Soviet namun kalah 0-4 di partai ulangan.
1964 Tokyo: Indonesia absen di Olimpiade.
1980 Moskow: Indonesia absen di Olimpiade karena adanya boikot sehubungan dengan perang Soviet-Afghanistan.
1988 Seoul: Medali pertama Indonesia di Olimpiade. Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani sukses merebut medali perak dalam cabang panahan beregu putri.
1992 Barcelona: Medali emas pertama dan kedua Indonesia. Susi Susanti meraih medali emas dari bulutangkis tunggal putri. Alan Budikusuma dari tunggal putra.
1996 Atlanta: Medali emas direbut dari cabang bulutangkis sektor ganda putra atas nama Rexy Mainaky and Ricky Subagja .
2000 Sydney: Pasangan ganda putra kembali mendulang emas atas namaTony Gunawan dan Candra Wijaya.  
2000 Sydney: Untuk kali pertama cabang angkat besi menyumbangkan medali. Di kelas 48 putri, Raema Lisa Rumbewas merebut medali perak, Sri Indriyani perunggu. Winarni Binti Slamet mendapat perunggu di kelas 53 kg putri.
2004 Athena: Taufik Hidayat merebut medali emas di sektor tunggal putra.
2008 Beijing: Pasangan ganda putra,  Hendra Setiawan dan Markis Kido sukses mempertahankan tradisi emas Indonesia.
2012 London: Eko Yuli Irawan menjadi peraih medali perunggu di cabang angkat besi kelas 62 kg putra. Sehari kemudian Triyatno meraih medali perak di kelas 69 kg putra.
Medali Indonesia dari Masa ke masa
Olimpiade 1988 Seoul 1 perak
Olimpiade 1992 Barcelona:  2 emas,  2  perak, 1 perunggu
Olimpiade 1996 Atlanta: 1 emas, 1 perak, 2 perunggu
Olimpiade 2000 Sydney: 1 emas, 3 perak, 2 perunggu
Olimpiade 2004 Athena: 1 emas, 1 perak, 2 perunggu
Olimpiade 2008 Beijing:  1 emas, 1 perak, 3 perunggu
Olimpiade 2012 London: 1 perak, 1 perunggu
Total: 27 medali selama partisipasi di Olimpiade, dengan rincian: 6 medali emas, 10 medali perak dan 11 medali perunggu.
Cabang-cabang unggulan Indonesia di Olimpiade
Bulutangkis:
Total 18 medali: 6 medali emas, 6 medali perak, dan 6 medali perunggu.
Angkat besi:
Total 8 medali: 3 medali perak dan 5 medali perunggu.
Panahan:
Total 1 medali: 1 medali perak

Kamis, 02 Agustus 2012

Mesir Lolos Berkat Gol-gol Salah


Striker Mesir, Mohamed Salah (REUTERS/David Moir )
VIVAbola - Mesir menjadi salah satu negara yang tampil mengejutkan di Olimpiade 2012. Tak terlalu diunggulkan, The Pharaohs berhasil menemani Brasil lolos ke babak perempat final sebagai runner-up grup C.

Salah satu pemain yang menjadi kunci permainan apik Mesir adalah Mohamed Salah. Pemain 20 tahun ini selalu mencetak gol dalam tiga pertandingan Mesir.

Di laga perdana kontra Brasil, Salah sebenarnya tidak turun sebagai starter. Dia baru bermain pada menit ke-46 menggantikan Mohsen Marwan. Saat itu Mesir sudah tertinggal 0-3 di babak pertama.

Masuknya Salah ternyata membuat permainan Mesir semakin atraktif. Salah berhasil mencetak gol pada menit 76 dan membuat kedudukan menjadi 2-3. Meski Mesir akhirnya tak mampu menyamakan kedudukan, namun mereka sempat membuat Selecao panik.

Penampilan cemerlang Salah di laga perdana membuat pelatih Mesir, Hany Ramzy selalu menurunkan sebagai starter di dua laga selanjutnya. Salah membayar kepercayaan pelatih dengan gol-golnya.

Ketajaman Salah terlihat di laga menghadapi Selandia Baru. Berkat golnya pada menit 40, Mesir terhindar dari kekalahan dan sukses memaksimalkan hasil imbang 1-1.

Demikian halnya di laga penentu saat menghadapi Belarusia. Salah mencetak gol pembuka Mesir pada menit 56. Gol itu membuat rekan-rekannya semakin bersemangat dan akhirnya sanggup menang 3-1.

Mesir akan menghadapi sesama tim kuda hitam, Jepang di babak perempat final, Sabtu 4 Agustus 2012. Ketajaman Salah yang baru saja bergabung dengan FC Basel ini diharapkan bisa membawa Mesir melanjutkan kejutannya di Olimpiade.

Biodata Singkat

Nama lengkap: Mohamed Salah Ghaly
Tempat/Tanggal lahir: Basyoun (Mesir), 15 Juni 1992
Tinggi: 175 cm

Klub
2007-2012 Al Mokawloon Al Arab     (Mesir)
2012      FC Basel (Swiss)

Entri yang Diunggulkan

Pengalaman Cek Fisik Bantuan di Samsat Karawang Buat Perpanjang STNK

Halo guys, kali ini gw mau berbagi pengalaman mengenai cek fisik bantuan di Samsat Karawang. Jadi gini, sekarang gw tinggal di Jakarta. Tapi...