Menurut saya, hal ini rasanya tidak tepat. Sebab, berdasarkan sejarahnya, Internazionale berasal dari kata internasional. Klub ini didirikan untuk memberi kesempatan kepada para pemain asing.
Itulah sebabnya pada 9 Maret 1908, Inter memutuskan berpisah dengan Milan Cricket and Football Club (kini AC Milan). Nama Internazionale diambil karena para pendiri menginginkan klub ini menerima pemain asing dan juga Italia. Tak membedakan suku, agama, dan ras. Itulah semangat Internazionale.
"Di malam yang indah ini, kami akan memberikan warna untuk kebanggaan kami: biru dan hitam dengan latar belakang bintang emas. Ini akan disebut Internazionale (international), karena kami adalah brothers of the world (saudara di dunia ini)," (9 Maret 1908)
Dan Erick Thohir sebagai Presiden Inter benar-benar mempertahankan filosofi ini. Jasmerah (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah), ungkapan terkenal Bung Karno, yang sepertinya diterapkan oleh Erick.
“Target pemain Italia? Milan memberikan prioritas untuk pemain Italia. Dalam sejarah, Inter membangun tim dengan pemain asing,” kata Erick beberapa waktu lalu.
“Kami akan mencoba untuk mengontrak sejumlah pemain Italia, tapi tetap mempertahankan filosofi klub kami. Kami tidak wajib untuk memiliki tim yang berisi para pemain Italia,” tutur Erick.
Coba tengok starting line-up Inter saat menghadapi Hellas Verona pada 7 Februari 2016 lalu. Hanya ada satu pemain Italia, Eder Citadin Martins. Eder juga bukan murni orang Italia. Dia pemain kelahiran Brasil yang mendapatkan naturalisasi di Italia.
Sisanya, ada pemain dari Slovenia, Jepang, Brasil, Kolombia, Prancis, Kroasia, dan Argentina. Pemain Muslim dan Kristiani juga bisa bersatu dalam lapangan hijau. Betapa indahnya, saat Adem Ljajic pemain muslim asal Serbia menggantikan Eder yang seorang kristiani.
Begitulah semangat Internazionale. Semangat tanpa membeda-bedakan yang terus bertahan hingga kini.