Sabtu, 03 Desember 2016

212: Aksi Super Damai yang Menyejukkan Hati

Sejarah luar biasa terjadi di halaman Monas dan sekitarnya, Jumat 2 Desember 2016. Jutaan umat Islam turun ke jalan, berdoa, berzikir, dan solat Jumat bersama.

Saya, bapak, ibu, dan adik perempuan saya ikut dalam momen luar biasa ini. Saya dan Bapak berangkat dari Jakarta, sedangkan Ibu dan Adik ikut rombongan Pelajar Islam Indonesia (PII) dari Bandung.

Sehari sebelum aksi, saya dan Bapak menginap di masjid Istiqlal. Saya dan Bapak bertemu terlebih dahulu di dekat kosan Adik saya, Ghozian di daerah Benhill. Setelah itu, saya dan Bapak naik busway, turun di halte Monas, dan jalan ke Istiqlal. Ghozian tidak ikut karena ada kerjaan dari kantornya.

Saat itu sekitar pukul 21.00 WIB, di sekitar Monas arah menuju Istiqlal terlihat sudah banyak peserta aksi. Mereka rupanya berasal dari berbagai kota dan akan menginap di Istiqlal.

Suasana di Istiqlal malam itu luar biasa. Sudah terlihat banyak orang di masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Malam semakin larut, jamaah pun semakin banyak. Dari luar masjid, terdengar teriakan takbir penuh semangat. Rasanya, waktu itikaf saat bulan Ramadan saja tak sebanyak ini.

Pukul 03.45, saya bersiap untuk solat subuh dan akan mengambil air wudu. Dan subhanallah, di tempat wudu berdesak-desakan banyak orang. Mau ke WC juga penuh banget, hehe.  Di masjid, sudah ada yang membagikan air, minuman, dan berbagai makanan dengan gratis.

Pagi hari, pukul 06.40, saya dan bapak berjalan ke luar. Di situ sudah banyak peserta demo yang menggelar orasi. Dan subhanallah, banyak sekali yang membagikan makanan. Yang paling banyak, roti dan air mineral. Semua berlomba-lomba dalam kebaikan.

Peserta yang menggelar orasi mulai banyak. Gema takbir mulai berkumandang. Tuntutan agar si penista agama segera dipenjara pun mulai muncul dari para peserta aksi. Membuat bulu kuduk merinding.

Sekitar pukul 08.00, saya dan Bapak ada di depan Monas. Masih di luar pagar monas. Banyak yang duduk di sini. Yah, istirahat sejenak, lumayan cape juga. Sambil makan roti dan nasi yang tadi didapat.
Di sini sudah semakin banyak yang orasi. “Tangkap, tangkap tangkap si ahok. Tangkap si ahok sekarang juga. Tewak tewak tewak si ahok ayeuna oge,” begitu kira-kira bunyi tuntutannya.

Lalu, sekitar pukul 09.00 saya dan bapak mulai bergerak masuk ke monas. Subhanallah, di sini banyak sekali jamaahnya. Mau jalan pun harus pelan-pelan. Rasa-rasanya tak mungkin ini bayaran. Semuanya murni panggilan dari hati dan jiwa.
Situasi seperti ini rasanya sulit untuk berwudu. Akhirnya, saya dan Bapak berwudu dengan menggunakan air Aqua. Hal semacam ini juga banyak dilakukan peserta aksi lainnya.

Zikir, doa, dan ceramah bersama pun dimulai. Semua mendengar dengan khusuk. Dan saat Aa Gym memberikan tausiah, semua dengan khidmat mendengarkan. Kata Aa, yang merupakan orang tua murid teman saya di SMA dulu, perbedaan jangan merusak kita Justru dengan perbedaan kita harus semakin kuat dan jangan terpecah belah.

Ceramah Aa benar-benar mendamaikan. Dan menariknya, Aa juga bicara soal air. Air itu menenangkan. Semen bisa mengeras karena air, kita juga bisa jadi ada di sini karena air (air mani). Eh maaf ini konten dewasa hadirin. Api padam oleh air.

Saat aksi itu beberapa kali hujan terlihat akan turun. Tapi, hanya sebentar berhenti lagi. Beberapa kali seperti itu. Dan saat khutbah jumat dimulai, hujan benar-benar turun. Benar-benar pas dengan ceramah Aa tadi yang soal air.

Air hujan ini mendamaikan. Jadi segar setelah kepanasan. Benar-benar menentramkan. Dan hebatnya, semua jamaah tak ada yang keluar barisan. Hujan tak bisa jadi penghalang. Beda saat konser musik atau acara politik, semua pasti bubar karena hujan.

Selesai jumatan, semua jamaah mau keluar. Dan herannya pintu terkunci. Ini membuat jamaah harus terhenti dan tak bisa keluar. Alhamdulillah ada hikmahnya hujan. Tak terbayangkan jika kondisi panas terik harus berdesak-desakan apa jadinya? Mungkin banyak yang pingsan dan dehidrasi.

“Kuncinya disembunyiin ahok!! Mana ahok!” teriak peserta aksi. Hanya candaan saja, tapi tetap damai. Sama sekali tak ada aksi anarkis.

Mungkin ada 30-45 menit jamaah tertahan di dalam. Beberapa ada yang memanjat pagar untuk keluar dan menjadi tontonan.

Alhamdulillah, akhirnya kunci pun datang. Pintu terbuka. Allahu Akbar!

Saya dan Bapak bergegas menuju tempat Ibu dan Adik saya di kantor PII jalan menteng. Dan jamaah begitu berdesak-desakan di Gambir. Ternyata, ada yang salah arah. Ada yang arah maju ada yang mundur. Ini membuat lalu lintas orang sulit bergerak.

Dan akhirnya, orang-orang menyeberang lewat jembatan penyeberangan. Dan Alhamdulillah, bisa juga terlewati ujian ini. Ya, suasanya mungkin mirip wukuf di Arafah. Ada yang berteriak, “semoga yang ada di sini semua naik haji!!”” Aaamiin..

Akhirnya saya dan Bapak pun bertemu Ibu di kantor PII jelang ashar. Di sini juga ada banyak massa yang berkumpul.










Alhamdulillah, aksi ini berjalan dengan super damai sesuai dengan yang dijanjikan. Semua datang karena panggilan hati dari seluruh penjuru Nusantara. Perkiraan lebih dari 7 juta jamaah yang hadir. Semoga, Allah memberkati kita semua. Aamiin.








2 komentar:

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Pengalaman Cek Fisik Bantuan di Samsat Karawang Buat Perpanjang STNK

Halo guys, kali ini gw mau berbagi pengalaman mengenai cek fisik bantuan di Samsat Karawang. Jadi gini, sekarang gw tinggal di Jakarta. Tapi...