Minggu, 25 Desember 2011

Pindah Ala Manusia Setengah Salmon




“Mau tak mau, kita harus seperti ikan salmon. Tidak takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya. Bahkan, rela mati di tengah jalan demi mendapatkan apa yang diinginkannya.”

Kutipan tersebut terdapat dalam buku “Manusia Setengah Salmon”, buku terbaru karya penulis beken Raditya Dika. Masih dengan gaya komedinya yang khas, Raditya Dika membuat suatu tema yang bagus, perpindahan.

Yup, sebagai manusia memang kita harus berani pindah. Ambil contoh dari pemain bola. Apa jadinya jika seorang Cesc Fabregas tetap bertahan di Arsenal musim ini? Tentunya dia tak akan merasakan raihan 3 gelar bersama Barcelona musim ini. Atau seorang Jose Mourinho yang mau pindah ke Inter Milan lalu ke Real Madrid demi mencapai ambisi pribadinya.

Tanggal kalender hijriah atau kalender Islam juga menjadikan momen hijrah atau pindah sebagai pertanda awal tahun, yakni bulan Muharam. Saat itu Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat melakukan momen kepindahan dari Makkah menuju Madinah, meninggalkan kerabat yang dicintainya demi tegaknya syariat Islam.

Dalam bukunya, Raditya Dika mengibaratkan perpindahan itu dengan perjuangan seorang ikan salmon. Setiap tahunnya ikan salmon bermigrasi, melawan arus sungai, berkilometer jauhnya hanya untuk bertelur. Di tengah berenang, banyak yang mati kelelahan. Banyak juga yang menjadi santapan beruang yang menunggu di darah dangkal. Namun salmon-salmon tetap pindah apa pun yang terjadi.

Sebentar lagi, kita akan mengalami momen perpindahan tahun, tahun 2011 ke tahun 2012. Setiap pergantian tahun memang rasanya kurang jika tidak mengenang kenangan di tahun 2011 ini.

Hmmm,, gue mau cerita mengenai tahun 2011 ini. Ternyata pada tahun ini gue mengalami berbagai momen perpindahan, sama dengan yang Raditya Dika ceritakan dalam bukunya. Pindah yang pertama yakni pindah pekerjaan.

Bulan Januari 2011, gue masih berstatus mahasiswa. Pas bulan itu gue berjuang memenuhi syarat-syarat skripsi, ikut sidang kompre dan akhirnya lulus. Tak terasa 4 setengah tahun masa kuliah terlewati dan gue menjadi pencari kerja.

Setelah ikut tes sana sini, gue akhirnya diterima di Harian Olahraga Ole. Ternyata umur gue di sini hanya 1 bulan, ada masalah dengan kantor ini karyawannya tidak digaji. Bulan Mei pun gue kembali pindah, ke vivanews.com, sebagai wartawan olahraga dan masih bertahan sampai sekarang.

Bukan cuma itu, penerbit buku gue juga ternyata harus pindah. Dari Hitam Putih Publisher, yang tiba-tiba menghilang gue pindah ke penerbit lain. Dua buku gue masukin ke Nulis Buku dan satu lagi di Leutika Prio. Masih berupa penerbit self publishing, jual online saja. Suatu saat nanti tentunya gue berharap bisa terbit di penerbit besar.

Tempat tinggal pun gue mengalami berbagai perpindahan di tahun 2011 ini. Rumah ortu Ujung Berung, Bandung, kosan di Ciputat Tangerang, rumah saudara di Rawamangun Jakarta, lalu pindah lagi ke kosan di daerah Karet, dan terakhir di Apartemen Taman Rasuna sampai sekarang ini.

Ternyata dalam tahun 2011 ini gue udah 5 kali pindah tempat tinggal. Tentunya dari semua tempat tinggal itu ada berbagai kenangan yang tercipta. Dari susahnya cari kosan di Ciputat sampai dapat yang murah Rp 300.000, sampai akhirnya sekarang bisa tinggal di apartemen yang bisa dikatakan jauhlah dari kosan hehe.

Kepindahan lain yang gue rasain tahun ini, yakni perpindahan alam. Ya, pada tahun ini kakek gue harus dipanggil Alloh SWT. Gue inget betul sebelum meninggal beliau sempat bilang, “Luzman mana Luzman?” dan nenekku di situ langsung bilang,”Luzman kerja,” Kakek lalu mengacungkan jempolnya dan tertidur. Tak lama kemudian beliau meninggal. Mungkin itu kenangan terakhir yang bisa gue kasih ke beliau.

Satu momen lain perpindahan yang gue rasain yakni perpindahan hati. Yah seperti yang Raditya tulis dalam bukunya, putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan.

Ga tau kenapa gue ngerasa ini berat banget. Gimana nggak, gue emang baru jadian pas tahun 2010, tapi sudah mulai kenal dan sering sms sejak 2007. Gue udah anggap dia adek sendiri, sering curhat, bahkan dulu pas gue deket ama cewek curhatnya ke dia.

Gue inget bener, tahun 2007 pertama kali kenal dia lewat situs jejaring sosial, friendster. Gue tanya,” Eh kamu tulisannya sering dimuat di Soccer ya?” Dia jawab,” iya aku udah 3 kali,”

Dari situ muncul terus obrolan demi obrolan. Gue sering tertawa melihat tingkahnya, bahkan sering berantem karena perbedaan klub yang didukung Inter dan Milan. Gue rasa ini justru menjadi hal yang menarik, rasanya kalo berantem ama dia malah seneng banget.

Gue juga inget pertama kali ketemu bulan Oktober 2010 di Malang Town Square. Rasanya gue seperti mimpi akhirnya bisa ketemu dia, berjalan bersama mengililingi Matos. Dia memberikan gue kado spesial baju Inter dari seorang Milanisti. Gue juga inget dia sempat janji, “Kita udah melangkah sejauh ini. Aku akan berusaha pertahanin hubungan kita.”

Tapi entah kenapa tahun ini dia berubah. Mendadak jadi tidak suka bola, mendadak berhenti nulis. Bahkan sms gue pun dibalas singkat. Puncaknya dia bilang, “Tolong jauhi aku. Kita sangat berbeda. Jangan hubungi aku lagi,”

Hiks, gue juga ga ngerti kenapa semua harus berakhir seperti ini. Gue masih inget dulu sempat sekeluarga ke Malang dan bahkan bapak janji kalo sudah kerja boleh menikah. Kini semua itu sudah tinggal kenangan. Sepertinya faktor ketidaksetujuan ibu gue juga menjadi salah satu penyebab ini terjadi.

Gue hampir ga percaya ini bisa terjadi. Padahal, pas gue baru lulus dia masih telpon gue ngasih selamat. Pas gue ada masalah ama dosen, dia masih ngasih semangat. Pas gue sempet gagal sidang kompre dia masih beri semangat. Rasanya semuanya berlalu begitu cepat.

Beberapa bulan setelah lost contact dengan dia, gue menjalin hubungan dengan temen sekampus. Ibu gue langsung setuju, beda ama calon gue yang dulu. Hmm.. rasanya senang sekali, kalo ibu setuju mungkin semuanya lancar. Tapi takdir berkata lain, hubungan gue cuma berjalan 2 bulan. Sifat dia jauh dari yang gue harapkan.

Perlahan, tiba-tiba saja gue deket dengan seorang penulis. Tapi baru saja hubungan ini berjalan sebentar, ibu sudah bilang tak setuju. Rasanya memang berat berat sekali.

Apakah gue harus kembali pindah????
Tampaknya gue emang harus terus jadi manusia setengah salmon, persis dalam bukunya Raditya Dika.

4 komentar:

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Pengalaman Cek Fisik Bantuan di Samsat Karawang Buat Perpanjang STNK

Halo guys, kali ini gw mau berbagi pengalaman mengenai cek fisik bantuan di Samsat Karawang. Jadi gini, sekarang gw tinggal di Jakarta. Tapi...