Ramadan akan berlalu dalam hitungan jam. Banyak hal yang
saya alami di bulan yang penuh ampunan ini.
Tentunya, selalu ada harapan di pengujung Ramadan. Harapan,
agar amalan yang kita lakukan diterima oleh Allah SWT, dan masih diberikan
kesempatan lagi bertemu dengan Ramadan tahun depan.
Di bulan Ramadan kali ini, saya masih disibukkan dengan
rutinas di pekerjaan. Terlebih, di bulan ini ada dua even akbar yang digelar
berbarengan, Copa America Centenario dan Piala Eropa.
Di Piala Eropa, ada satu tim yang menjadi perhatian, yakni
Islandia. Ya, negara yang baru melakoni debut di Piala Eropa tak
disangka-sangka bisa melaju sampai ke perempat final.
Islandia memang harus tersingkir setelah kalah 2-5 dari tuan
rumah Prancis. Namun, tetap saja ini prestasi luar biasa untuk negara yang
hanya punya 330 ribu penduduk ini.
Berbicara mengenai Islandia, saya jadi semakin bersyukur
tinggal di Indonesia. Ya, berpuasa di Indonesia tergolong mudah. Di sini, puasa
hanya 12 sampai 13 jam. Muslim juga mayoritas di Indonesia, sehingga tak sulit
untuk menjalankan puasa.
Bandingkan dengan di Islandia. Puasa berlangsung hampir
sehari penuh, alias 22 jam. Tentunya bukan hal mudah untuk menjalankan puasa
dengan waktu selama itu.
Dengan demikian, Muslim Islandia hanya punya waktu 2 jam
untuk berbuka puasa, shalat maghrib, shalat isya, tarawih, lalu sahur lagi.
Ibadah itikaf juga sangat sempit dalam waktu seperti itu.
Imam Pusat Dakwah Islam Islandia, Ahmad Soddeeq, tak
memungkiri tantangan berat saat puasa di musim panas di Islandia. Meski
demikian, puasa adalah ibadah wajib sehingga seluruh umat harus tunduk. Saat
berbuka pada tengah malam, rata-rata kaum Muslim di Islandia berkumpul, baik
itu di masjid atau komunitas Muslim lainnya untuk berbuka bersama.
”Saat puasa Ramadan, amalan yang berpahala besar adalah
salat berjemaah. Oleh karena itu, kami terbiasa berbuka dan sahur bersama. Saat
matahari tenggelam pada tengah malam, kami berbuka, lalu menjalankan salat
Magrib berjemaah, lalu makan bersama. Tak lama setelahnya, kami mengerjakan
salat Isya, Tarawih, disambung waktu makan sahur. Barulah kami pulang ke rumah
masing-masing. Semua dilakukan hanya dua jam sebelum kembali berpuasa,”
tuturnya seperti dilansir PR Online.
Nah, buat kita warga Indonesia, malu dong kalau masih batal
puasa. Muslim di Islandia yang puasa selama itu saja bisa kuat.
artikel sangat bagus,, trimakasih sudah berbagi infonya
BalasHapus