Senin, 04 Juli 2016

Selamat Tinggal Ramadan, Selamat Jalan Islandia!

Ramadan akan berlalu dalam hitungan jam. Banyak hal yang saya alami di bulan yang penuh ampunan ini.

Tentunya, selalu ada harapan di pengujung Ramadan. Harapan, agar amalan yang kita lakukan diterima oleh Allah SWT, dan masih diberikan kesempatan lagi bertemu dengan Ramadan tahun depan.

Di bulan Ramadan kali ini, saya masih disibukkan dengan rutinas di pekerjaan. Terlebih, di bulan ini ada dua even akbar yang digelar berbarengan, Copa America Centenario dan Piala Eropa.

Di Piala Eropa, ada satu tim yang menjadi perhatian, yakni Islandia. Ya, negara yang baru melakoni debut di Piala Eropa tak disangka-sangka bisa melaju sampai ke perempat final.

Islandia memang harus tersingkir setelah kalah 2-5 dari tuan rumah Prancis. Namun, tetap saja ini prestasi luar biasa untuk negara yang hanya punya 330 ribu penduduk ini.

Berbicara mengenai Islandia, saya jadi semakin bersyukur tinggal di Indonesia. Ya, berpuasa di Indonesia tergolong mudah. Di sini, puasa hanya 12 sampai 13 jam. Muslim juga mayoritas di Indonesia, sehingga tak sulit untuk menjalankan puasa.

Bandingkan dengan di Islandia. Puasa berlangsung hampir sehari penuh, alias 22 jam. Tentunya bukan hal mudah untuk menjalankan puasa dengan waktu selama itu.
 
Dengan demikian, Muslim Islandia hanya punya waktu 2 jam untuk berbuka puasa, shalat maghrib, shalat isya, tarawih, lalu sahur lagi. Ibadah itikaf juga sangat sempit dalam waktu seperti itu.

Imam Pusat Dakwah Islam Islandia, Ahmad Soddeeq, tak memungkiri tantangan berat saat puasa di musim panas di Islandia. Meski demikian, puasa adalah ibadah wajib sehingga seluruh umat harus tunduk. Saat berbuka pada tengah malam, rata-rata kaum Muslim di Islandia berkumpul, baik itu di masjid atau komunitas Muslim lainnya untuk berbuka bersama.

”Saat puasa Ramadan, amalan yang berpahala besar adalah salat berjemaah. Oleh karena itu, kami terbiasa berbuka dan sahur bersama. Saat matahari tenggelam pada tengah malam, kami berbuka, lalu menjalankan salat Magrib berjemaah, lalu makan bersama. Tak lama setelahnya, kami mengerjakan salat Isya, Tarawih, disambung waktu makan sahur. Barulah kami pulang ke rumah masing-masing. Semua dilakukan hanya dua jam sebelum kembali berpuasa,” tuturnya seperti dilansir PR Online.

Nah, buat kita warga Indonesia, malu dong kalau masih batal puasa. Muslim di Islandia yang puasa selama itu saja bisa kuat.

1 komentar:

ada komentar? silakan tuliskan.. hatur nuhun
(kalo yg nggak punya blog pilih yang name/URL, URL-nya dikosongin aja, okay?)

Entri yang Diunggulkan

Tahun 2024 Tahunnya Inter Milan dan Persib Bandung

Tahun 2024 ini menjadi tahun yang gemilang untuk dua klub favorit saya, Inter Milan dan Persib Bandung. Betapa tidak, kedua klub yang identi...