dan Inter Milan. Mereka harus rela jadi "tamu" di kandang sendiri, dan menyaksikan pesta dua
tim kota Madrid, Atletico Madrid dan Real Madrid.
San Siro atau Giuseppe Meazza hanya bisa terdiam, setelah Madrid akhirnya keluar sebagai
juara. Lewat drama sengit, Los Blancos menekuk Los Rojiblancos lewat drama adu penalti
dengan skor 5-3. Sebelumnya, laga berakhir imbang 1-1 dalam 90 menit, hingga babak tambahan waktu.
Situasi ini jelas suatu ironi, sebab Inter dan Milan sebenarnya punya sejarah panjang di Liga Champions. Meski di liga domestik perolehan gelar mereka kalah dari Juventus, tapi di Eropa mereka adalah "rajanya".
Milan tercatat sebagai pengoleksi trofi terbanyak kedua dengan 7 trofi, hanya kalah dari Madrid dengan raihan 11 gelar. Inter dengan torehan 3 trofi, masih punya gelar lebih banyak dari Juve, yang baru 2 kali juara. Selain itu, ada catatan lain yang tak bisa diraih Milan dan Juve, namun bisa diraih Inter.
Tak lain adalah raihan treble winners di tahun 2010. Sampai detik ini, La Beneamata adalah satu-satunya wakil Italia yang mampu meraih prestasi ini.
Sayang, pencapaian treble ini seolah menjadi akhir prestasi Italia di Liga Champions. Setelah itu, 4 kali trofi Si Kuping Besar diraih wakil Spanyol, Madrid dan Barcelona. Dua lainnya diraih Inggris dan Jerman, atas nama Chelsea dan Bayern Munich.
Inter dan Milan sendiri sudah cukup lama absen di Liga Champions. Kali terakhir, Inter tampil di musim 2011-12. Kala itu, Inter disingkirkan Olympique Marseille di babak 16 besar.
Sedangkan Milan terakhir kali mencicipi Liga Champions di musim 2013-14. Atletico Madrid yang menghentikan langkah Rossoneri di babak 16 besar.
Tentunya banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan Milan dan Inter untuk bisa memulihkan status sebagai "raja Eropa". Cukuplah final kali ini menjadi ironi yang tak lagi terulang.
artikel sangat bagus,, trimakasih sudah berbagi infonya
BalasHapus